BAB 8
SAYANG,PATUH,DAN HORMAT KEPADA ORANG TUA DAN GURU
A. HORMAT DAN PATUH TERHADAP ORANG TUA DAN GURU
1. Hormat dan Patuh Terhadap Orang Tua
Keberadaan orang tua bagi seorang anak ibarat sebuah pohon dan buahnya.
Tidak akan ada buah tanpa pohon, dan kuranglah bermanfaat sebuah pohon tanpa
buah yang baik. Oleh karena itu, hubungan antara orang tua dan anak mestilah
menjadi hubungan yang harmonis dan saling melengkapi. Bagi orang tua,
menyayangi dan mengasihi anak tidak terbatas ruang dan waktu. Mereka tidak
pernah lelah dan lalai dalam memberikan kasih sayang dan perhatiannya kepada
anak-anaknya. Mereka mengerjakan apa yang menjadi kebutuhan anak-anaknya mulai
bangun tidur hingga tidur kembali.
Di lain pihak, tidak sedikit anak yang tidak memperhatikan dan tidak peduli
kepada orang tuanya. Ketika usia masih kecil hingga remaja, mereka kadang
enggan menuruti nasihat dan perintah orang tuanya. Demikian pula, ketika mereka
sudah dewasa dan sukses dalam karir, tak jarang orang tuanya terabaikan tanpa
kasih sayang seperti kasih sayang yang didapatnya dari orang tua ketika kecil
hingga besar. Bahkan, tidak sedikit seorang anak memperlakukan orang tuanya
jauh dari sikap hormat, kasih, dan sayang.
a. Makna orang tua bagi anak
Orang tua memiliki
kedudukan tinggi dalam Islam. Setiap anak memiliki kewajiban untuk berbuat baik
terhadap kedua orang tuanya. Kasih sayang yang tulus yang diberikan orang tua
tidak akan mampu dibayar dengan uang oleh seorang anak. Oleh karena itu, kasih
sayang, perhatian, dan pengorbanan orang tua harus dibalas dengan kebaikan,
kasih sayang, dan pengorbanan yang serupa, meski tidak sebanding. Islam
mengenal dua macam orang tua yang harus dihormati, yakni orang tua biologis
yang telah melahirkan kita dan orang tua rohani yang telah mengantarkan kita
mengenal Allah Swt.
b. Kewajiban berbakti kepada orang tua
Berbakti dan berbuat
baik kepada orang tua, mengasihi, menyayangi, menghormati, mendoakan, taat, dan
patuh terhadap apa yang mereka perintahkan, termasuk melakukan hal-hal yang
mereka sukai adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap anak kepada
orang tuanya. Perilaku tersebut di dalam istilah agama Islam dinamakan birrul
walidain.
Birrul walidain adalah
hak kedua orang tua yang harus dilaksanakan oleh setiap anak, sepanjang
keduanya tidak memerintahkan atau menganjurkan kemaksiatan atau kemusyrikan.
Bahkan, seorang anak tetap harus berbakti meskipun orang tuanya kafir atau
musyrik. Hal ini ditegaskan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya dalam surah
Luqmān/31:15 yang artinya, “Jika keduanya (ibu bapakmu) memaksamu supaya
engkau musyrik, menyekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak ketahui, maka
janganlah engkau mengikuti keduanya, dan bergaullah dengan keduanya di dunia
dengan baik.”
Islam mengatur hubungan
antara anak terhadap kedua orang tuanya dan tata cara pergaulannya. Keduanya
memiliki hak dan kewajiban yang saling berkaitan. Seorang anak tidak
diperkenankan mengucapkan kata-kata yang kurang berkenan terhadap kedua orang
tua, apalagi hingga membuat mereka sakit hati.
c. Keutamaan berbakti kepada orang tua
Islam menempatkan
kedudukan orang tua pada tempat terhormat dalam al-Qur’ān. Kedua orang tua
menempati posisi penting dalam berbakti seorang manusia setelah beribadah
kepada Allah Swt. Perlakuan kepada keduanya merupakan pintu keberkahan maupun
kesulitan bagi seorang anak. Jika seorang anak berbakti dan memperlakukan
dengan sebaik-baiknya sebagaimana yang Allah perintahkan, Allah akan memberikan
keberkahan hidup kepada anak tersebut. Tetapi sebaliknya, jika seorang anak
durhaka kepada ibu bapaknya, Allah tak segan-segan menyulitkan jalan hidupnya.
Banyak riwayat yang
mengemukakan tentang keutamaan berbakti kepada orang tua. Keutamaan-keutamaan
tersebut akan diperoleh seorang anak baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Adapun keutamaan-keutamaan berbakti kepada orang tua di antaranya adalah
seperti berikut.
a. Penghapus dosa besar
b. Dipanjangkan usia dan dilimpahkan rezeki
c. Akan mendapatkan bakti yang sama dari anak keturunan
d. Dimasukkan ke dalam surga
2. Hormat kepada guru
Guru adalah orang yang
memberikan pengetahuan sekaligus pendidikan akhlak terhadap murid-muridnya. Ia
mengajari cara membaca, berhitung, berpikir, dan sebagainya. Guru juga
mengajarkan nilai-nilai moral dan nilai-nilai akhlak yang tinggi kepada
murid-muridnya. Ia tidak hanya memberikan pengetahuan saat di sekolah, tetapi
juga memberikan bimbingan saat dibutuhkan di luar sekolah.
Setiap guru pasti akan
mengajarkan kebaikan-kebaikan yang mungkin tidak didapatkan seorang anak dari
orang tuannya di rumah. Tanpa pendidikan dan bimbingannya, bisa jadi kita tidak
akan mengetahui segala yang nyata maupun yang tersembunyi di alam raya ini.
Tanpa bimbingannya pula, bisa jadi kita tidak dapat membedakan mana yang benar
maupun yang salah, mana yang dibolehkan dan mana yang dilarang. Jasa seorang
guru dalam mendidik dan mencerdaskan murid-muridnya tidaklah dapat diukur
dengan materi. Berkat jasa gurulah, kita menjadi terpelajar.
Dalam ajaran Islam,
guru atau ulama adalah orang yang memiliki pengetahuan luas dibandingkan dengan
orang lainnya. Ia merupakan pewaris para nabi dalam menyampaikan kebaikan
kepada orang lain. Allah Swt. berfirman:
Artinya: “...Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Maha Pengampun.” (Q.S Fātir/35:28)
a. Adab Seorang Murid Kepada Guru
Sebagaimana seorang
anak memperlakukan orang tuanya, bagitu pulalah sikap yang harus ditunjukkan
oleh murid kepada gurunya. Karena jasanya yang sangat besar kepada
murid-muridnya, sudah selayaknya seorang murid menerapkan perilaku atau adab
yang baik kepada gurunya. Adapun adab seorang murid kepada guru di antaranya
adalah sebagai berikut.
·
Hendaklah merendahkan
diri di hadapan guru, tidak keluar dari tempat belajar sebelum mendapat izin
dari guru.
·
Hendaklah memandang
guru dengan penuh rasa ta’zim atau hormat dengan meyakini bahwa gurunya
memiliki kelebihan.
·
Hendaklah duduk di
hadapan guru dengan sopan, tenang, dan mendengarkan apa yang dijelaskan oleh
guru.
·
Hendaklah tidak
berjalan, duduk, atau memulai perkataan sebelum meminta izin kepada guru.
·
Patuh terhadap
perkataan dan perintahnya.
B. DALIL DAN HADITS TENTANG HORMAT DAN PATUH TERHADAP ORANG TUA DAN GURU
Al-Qur’an Surat Al-Isra’ (17) ayat
23-24.
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ
إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا
فَلَا تَقُلْ
لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
“Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. Jika salah satu seorang di antara keduanya atau
kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (Qs. Al Israa’ [17]:23)
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ
ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku,kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku waktu kecil’.” (Qs. Al Israa’ [17]:24)
Surat Al-Isra ayat 23-24 memiliki kandungan mengenai pendidikan
berkarakter. Definisi dari karakter adalah satu kesatuan yang membedakan satu
dengan yang lain atau dengan kata lain karakter adalah kekuatan moral yang
memiliki sinonim berupa moral, budipekerti, adab, sopan santun dan akhlak.
Akhlak dan adab sumbernya adalah wahyu yakni berupa Al-Qur’an dan Sunah.
Sedangkan budi pekerti, moral, dan sopan santun sumbernya adalah filsafat.
Kembali kepada pengertian dari Surah Al-Isra ayat 23 disebutkan bahwa yang
pertama Allah memerintahkan kepada hamba-hambanya untuk menyembah Dia semata,
tidak ada sekutu bagi-Nya.yang kedua, kita harus berbakti kepada orang tua.
Lalu pada ayat 24 disebutkan bahwa anak hendaknya mendoakan kedua orang tuanya.
Ulama menegaskan bahwa doa kepada kedua orang tua yang dianjurkan adalah bagi
yang muslim, baik yang masih hidup atau telah meninggal. Sedangkan bila ayah atau
ibu yang tidak beragama islam telah meninggal, maka terlarang bagi anak untuk
mendoakannya. Dari penjelasan di atas sangat jelas bahwa ketika kita menghargai
dan menyayangi orang tua kita dengan baik maka akan menumbuhkan akhlak serta
moral yang baik pula bagi anak sedangkan jikalau kita acuh maka akan timbuh
akhlak dan moral yang tidak baik. Dengan kata lain, hal ini sangat berpengaruh
dalam pendidikan karakter. Antara orangtua sebagai pendidik dan anak. Segala
sesuatu yang diajarkan dengan baik pada mulanya akan menanamkan karakter yang
baik pula pada anak. Untuk itu berbakti kepada orang tua merupakan suatu cara
yang harus dilakukan.
Hadis Abdullah ibnu Umar tentang ridho Allah terletak pada ridho orang tua.
عَنْ عَبْدُ الله بن عَمْرٍو رضي الله عنهما قال قال رسولُ الله صلى الله عليه
وسلم: رِضَى اللهُ فى رِضَى الوَالِدَيْنِ و سَخَطُ الله فى سَخَطُ الوَالِدَيْنِ
( اخرجه الترمذي وصححه ابن حبان والحاكم)
Artinya: dari Abdullah bin ‘Amrin bin Ash r.a. ia berkata, Nabi SAW telah
bersabda: “ Keridhoaan Allah itu terletak pada keridhoan orang tua, dan murka
Allah itu terletak pada murka orang tua”. ( H.R.A t-Tirmidzi. Hadis ini dinilai
shahih oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim)[1][1]
Guru adalah orang tua kedua, yaitu orang yang mendidik murid-muridnya untuk
menjadi lebih baik sebagaimana yang diridhoi Alloh ‘azza wa jalla.
Sebagaimana wajib hukumnya mematuhi kedua orang tua, maka wajib pula mematuhi
perintah para guru selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan syari’at
agama.
Di antara akhlaq kepada guru adalah memuliakan, tidak menghina atau
mencaci-maki guru, sebagaimana sabda Rosululloh saw
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يُوَقِّرْ كَبِيرَنَا وَ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا
“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan orang yang lebih
tua dan tidak menyayangi orang yang lebih muda.” ( HSR. Ahmad dan At-Tirmidzi )
Selain memuliakan dan tidak menghina akhlak kepada guru adalah mendatangi
tempat belajar dengan ikhlas dan penuh semangat, sebagaimana sabda Rasulullah
Saw:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ
طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu padanya, Alloh
mudahkan baginya dengannya jalan menuju syurga.” ( HR. Ahmad, Muslim, Abu
Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah )
C. PERILAKU YANG MENCERMINKAN SIKAP HORMAT DAN PATUH TERHADAP ORANG TUA DAN
GURU
1. Perilaku Yang Mencerminkan Sikap Sayang, Hormat dan Patuh Kepada orang tua
diantaranya adalah:
a. Jika orang tua masih hidup yaitu:
·
Mengucapkan salam saat
akan meninggalkan atau menemuinya.
·
Mendengarkan segala
perkataannya dengan penuh rasa hormat dan rendah hati.
·
Tidak memotong
pembicaraannya karena itu akan menyakiti hati keduanya.
·
Berpamitan atau meminta
izin ketika akan pergi ke luar rumah, baik untuk bersekolah atau keperluan
lainnya.
·
Mencium tangan kedua
orang tua jika akan pergi dan kembali dari bepergian.
·
Membantu pekerjaan
rumah atau pekerjaan lain yang akan meringankan beban orang tua.
·
Berbakti dengan
melaksanakan nasihat dan perintah yang baik dari keduanya.
·
Merawat dengan penuh
keikhlasan dan kesabaran apalagi jika keduannya sudah tua dan pikun.
·
Merendahkan diri, kasih
sayang, berkata halus dan sopan, serta mendoakan keduanya.
·
Menyambung silaturahim
meskipun hanya melalui telepon ketika jarak sangat jauh.
·
Memberikan sebagian
rezeki yang kita miliki meskipun mereka tidak membutuhkan.
·
Selalu meminta doa
restu orang tua dalam menghadapi suatu permasalahan.
b. Jika orang tua sudah meninggal, yaitu:
·
Melaksanakan wasiat dan
menyelesaikan hak Adam yang ditinggalkannya (utang atau perjanjian dengan orang
lain yang masih hidup).
·
Menyambung tali
silaturahim kepada kerabat dan teman-teman dekatnya atau memuliakan teman-teman
kedua orang tua.
·
Melanjutkan cita-cita
luhur yang dirintisnya atau menepati janji kedua ibu bapak.
·
Mendoakan ayah ibu yang
telah tiada itu dan memintakan ampun kepada Allah Swt. dari segala dosa orang
tua kita.
2. Perilaku yang mencerminkan sikap hormat dan patuh kepada guru diantaranya:
·
Seorang murid hendaklah
hormat kepada guru, mengikuti pendapat dan petunjuknya.
·
Seorang murid hendaklah
memberi salam terlebih dahulu kepada guru apabila menghadap atau berjumpa
dengan beliau.
·
Seorang murid hendaklah
memandang gurunya dengan keagungan dan meyakini bahwa gurunya itu memiliki
derajat kesempurnaan, sebab hal itu lebih memudahkan untuk mengambil manfaat
dari beliau.
·
Seorang murid hendaklah
mengetahui dan memahami hak-hak yang harus diberikan gurunya dan tidak
melupakan jasanya.
·
Seorang murid hendaklah
bersikap sabar jika menghadapi seorang guru yang memiliki perangai kasar dan
keras.
·
Seorang murid hendaklah
duduk dengan sopan di hadapan gurunya, tenang, merendahkan diri, hormat sambil
mendengarkan, memperhatikan, dan menerima apa yang disampaikan oleh gurunya.
·
Seorang murid hendaklah
ketika mengadap gurunya dalam keadaan sempurna dengan badan dan pakaian yang
bersih.
·
Seorang murid hendaklah
jangan banyak bicara di depan guru ataupun membicarakan hal-hal yang tidak
berguna.
·
Seorang murid hendaklah
jangan bertanya dengan tujuan untuk mengujinya dan menampakkan kepandaian
kepada guru.
·
Seorang murid hendaklah
jangan bersenda gurau di hadapan guru.
·
Seorang murid hendaklah
jangan menanyakan masalah kepada orang lain ditengah majlis guru.
·
Seorang murid hendaknya
tidak banyak bertanya, apalagi jika pertanyaan itu tidak berguna.
·
Jika guru berdiri, Seorang
murid hendaklah ikut berdiri sebagai penghormatan kepada beliau.
·
Seorang murid hendaklah
tidak bertanya suatu persoalan kepada guru ketika sedang di tengah jalan.
·
Seorang murid hendaklah
tidak menghentikan langkah guru di tengah jalan untuk hal-hal yang tidak
berguna.
·
Seorang murid hendaklah
tidak berburuk sangka terhadap apa yang dilakukan oleh guru ( guru lebih
mengetahui tentang apa yang dikerjakannya).
·
Seorang murid hendaklah
tidak mendahului jalannya ketika sedang berjalan bersama.
·
Ketika guru sedang
memberi penjelasan/ berbicara hendaklah murid tidak memotong pembicaraannya.
Kalaupun ingin menyanggah pendapat beliau maka sebaiknya menunggu hingga beliau
selesai berbicara dan hendaknya setiap memberikan sanggahan atau tanggapan disampaikan
dengan sopan dan dalam bahasa yang baik.
·
Apabila ingin menghadap
atau bertemu untuk sesuatu hal maka sebaiknya murid memberi konfirmasi terlebih
dahulu kepada guru dengan menelphon atau mengirim pesan, untuk memastikan
kesanggupannya dan agar guru tidak merasa terganggu.
·
Murid haruslah berkata
jujur apabila guru menanyakan suatu hal kepadanya.
·
Seorang murid hendaklah
menyempatkan diri untuk bersilaturahim ke rumah guru di waktu-waktu tertentu,
sebagai bentuk rasa saying kita terhadap beliau. Meskipun sudah tidak dibimbing
lagi oleh beliau ( karena sudah lulus) murid hendaklah tetap selalu mengingat
jasanya dan tetap terus mendoakan kebaikan –kebaikan atas mereka.
0 komentar:
Posting Komentar