PROSES MORFOLOGIS DAN MAKNA GRAMATIKAL
1Proses morfologi
Proses
Morfologi pada dasarnya adalah proses pembentukan kata dari sebuah
bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi),
pengulangan (dalam proses reduplikasi), penggabungan (dalam proses
komposisi), pemendekan (dalam proses akronimisasi), dan pengubahan
status (dalam proses konversi).
(Abdul Chaer, 2008: 25)
Ahli lain berpendapat bahwa proses morfologi adalah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya.
(Prof.Drs.M.Ramlan, 2009: 51)
Dalam analisis morfologi, seperti menggunakan teknik Immediate Constituen Analysis, terhadap kat berpakaian, misalnya mula-mula kata berpakaian dianalisis menjadi bentuk ber- dan pakaian; lalu bentuk pakaian dianalisis lagi menjadi menjadi bentuk pakai dan –an. Maka dalam proses morfologi prosedurnya dibalik : mula-mula dasar pakai diberi sufiks –an menjadi berpakaian. Jadi, kalau analisis morfologi mencerai-ceraikan data kebahasaan yang ada, sedangkan proses morfologi menyusun dari komponen-komponen kecil menjadi sebuah bentuk lebih besar yang berupa kata kompleks atau kata yang berpolimorfemis.
(Abdul Chaer, 2008: 25)
Ahli lain berpendapat bahwa proses morfologi adalah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya.
(Prof.Drs.M.Ramlan, 2009: 51)
Dalam analisis morfologi, seperti menggunakan teknik Immediate Constituen Analysis, terhadap kat berpakaian, misalnya mula-mula kata berpakaian dianalisis menjadi bentuk ber- dan pakaian; lalu bentuk pakaian dianalisis lagi menjadi menjadi bentuk pakai dan –an. Maka dalam proses morfologi prosedurnya dibalik : mula-mula dasar pakai diberi sufiks –an menjadi berpakaian. Jadi, kalau analisis morfologi mencerai-ceraikan data kebahasaan yang ada, sedangkan proses morfologi menyusun dari komponen-komponen kecil menjadi sebuah bentuk lebih besar yang berupa kata kompleks atau kata yang berpolimorfemis.
Dalam proses morfologi melibatkan komponen-komponen, antara lain :
1. Bentuk
dasar, merupakan bentuk yang kepadanya dilakukan proses morfologi itu.
Bentuk dasar tersebut dapat berupa akar seperti pada katabaca, juang, pahat pada kata membaca, berjuang dan memahat. Dalam bentuk polimorfemis seperti bentuk bermakna, berlari, dan jual beli pada kata kebermaknaan, berlari-lari, dan berjual beli.
Dalam proses reduplikasi, bentuk dasar dapat berupa akar, seperti akarrumah pada kata rumah-rumah, akar tinggi pada kata tinggi-tinggi, dan akarmarah pada kata marah-marah.
Dalam proses komposisi dapat berupa akar sate pada kata sate ayam, sate padang, dan sate lontong. Dapat berupa dua buah akar seperti akar kampungdan akar halaman pada kata kampung halaman, atau akar tua dan akar mudapada kata tua muda.
Menurut kajian tradisional dan struktural bentuk dasar pada kata pelajardan pengajar memiliki kesamaan yaitu pada kata dasar akar ajar. Dalam kajian proses disini bentuk dasar kedua kata itu tidaklah sama. Bentuk kata dasar pelajar adalah belajar, sedangkan bentuk kata dasar pengajar adalahmengajar.
Karena makna gramatikal kata belajar adalah ‘orang yang belajar’
sedangkan makna gramatikal pengajar adalah ‘orang yang mengajar’.
2. Alat pembentuk (afiksasi, reduplikasi, komposisi, akrominasi, dan konversi)
a) Afiksasi, dalam proses ini sebuah afiks diimbuhkan pada bentuk dasar sehingga hasilnya menjadi sebuah kata. Contoh : me + buang→ membuang
b) Reduplikasi,
dalam proses ini sering disebut dengan istilah kata ulang. Secara umum
dikenal adanya tiga macam pengulangan, yaitu pengulangan secara utuh,
pengulangan dengan pengubahan bunyi vokal maupun konsonan, dan
pengulangan sebagian.
c) Komposisi,
dalam proses ini terdapat penggabungan sebuah bentuk pada bentuk dasar.
Penggabungan ini juga merupakan alat yang digunakan dalam pembentukan
kata karena banyaknya konsep yang belum ada wadahnya dalam bentuk sebuah
kata. Contoh : merah → merah jambu, merah darah, merah bata
d) Akronimisasi, dalam proses ini terdapat abreviasi khusus karena semua abreviasi menghasilkan akronim.
Contoh : SMA → Sekolah Menengah Atas ( bukan akronim)
Jagorawi → Jakarta, Bogor, Ciawi ( akronim )
e) Konversi, dalam proses ini terdapat pengubahan status.
Misal : gunting ( nomina) → ‘gunting ini terbuat dari baja’
→ menjadi gunting ( verba) → ‘gunting dulu baik-baik, nanti baru dilem’
3. Hasil proses pembentukan
Dalam proses morfologi atau proses pembentukan kata mempunyai dua hasil yaitu bentuk dan makna gramatikal. Bentuk dan makna gramatikal merupakan dua hal yang berkaitan erat; bentuk merupakan wujud fisiknya dan makna gramatikal merupakan isi dari wujud fisik atau bentuk itu.
Wujud fisik dari hasil proses afiksasi adalah kata berafiks, disebut
juga dengan kata imbuhan, kata turunan, atau kata terbitan. Wujud fisik
dari reduplikasi adalah kata ulang, atau disebut dengan bentuk ulang.
Wujud fisik dari hasil proses komposisi adalah kata gabung, atau disebut
gabungan kata, kelompok kata, atau kata majemuk.
4. Makna
gramatikal, mempunyai hubungan erat dengan komponen makna yang dimiliki
oleh bentuk dasar yang terlibat dalam proses pembentukan kata. Setiap
makna gramatikal dari suatu proses morfologi akan menampakkan makna /
bentuk dasarnya.
Contoh : berdasi memiliki makna gramatikal ‘memiliki dasi’ ; berkuda memiliki makna gramatikal ‘mengendarai kuda’ ; berdiskusi memiliki makna gramatikal ‘melakukan diskusi’.
5. Proses pembentukan
a. Pembentukan setahap, terjadi kalau bentuk dasarnyaberupa akar atau morfem dasar (baik bebas maupun terikat).
Contoh : me- + beli → membeli ; ber- + air → berair ; se- + kelas → sekelas
b. Pembentukan
bertahap, terjadi kalau bentuk dasar yang mengalami proses morfologi
itu berupa bentuk polimorfemis yang sudah menjadi kata (baik kata
berimbuhan, kata berulang, maupun kata gabung).
Contoh : ber- + (pakai + -an) → berpakaian ; mem- + (ber- + laku) + -kan
c. Pembentukan kata yang prosesnya melalui bentuk perantara adalah seperti terjadi dalam proses pembentukan kata pengajar. Secara kasat mata, bentuk pengajar tampaknya dibentuk dari berupa akar ajaryang diberi prefiksasi pe-. Namun, sebenarnya proses itu terjadi melalui bentuk kata mengajar sebab makna gramatikal pengajaradalah ‘yang mengajar’.
6. Bentuk Inflektif dan Derivatif
Dalam
pembentukan kata inflektif identitas leksikal kata yang dihasilkan sama
dengan identitas leksikal bentuk dasarnya. Sebaliknya, dalam proses
pembentukan derivatif identitas bentuk yang dihasilkan tidak sama dengan
identitas leksikal bentuk dasarnya.
Contoh : pembentukan kata membeli dari dasar beli adalah sebuah kasus inflektif; tetapi pembentukan kata pembeli dari dasar beli adalah sebuahkasus derivatif.
Dasar beli dan kata membeli sama-sama berkategori verba; sedangkan dasar beli dan kata pembeli tidak sama kategorinya; beli adalah verba dan pembeli adalah nomina.
7. Produktivitas
proses dalam pembentukan kata, merupakan dapat tidaknya sebuah proses
dilakukan secara berulang-ulang dalam pembentukan kata. Proses afiksasi,
reduplikasi, dan komposisi secara umum dapat dikatakan sangat
produktif; tetapi proses konversi dan akronimisasi cukup terbatas.
11 . Afiksasi, merupakan salah satu proses dalam pembentukan kata turunan baik berkategori verba, nomina, maupun ajektiva. ( dikutip dari Abdul Chaer : 2008 : 106 ) Namun menurut ahli lain, afiksasi adalah bentuk (atau morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata (Alwi, 2003: 31). Pengertian
lain afiksasi adalah proses pembubuhan imbuhan pada suatu satuan, baik
satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks untuk membentuk
kata (Cahyono, 1995:145). Contoh: Berbaju, menemukan, ditemukan, jawaban.
A. Pembentukan verba
a) Verba berprefiks { ber- } , dapat berupa :
· Morfem dasar terikat :
Bertempur → ber + tempur
Berkelahi → ber + kelahi
Berjuang → ber + juang
Bertempur → ber + tempur
Berkelahi → ber + kelahi
Berjuang → ber + juang
· Morfem dasar bebas :
Berladang → ber + ladang
Bekerja → ber + kerja
Bernyanyi → ber + nyanyi
· Bentuk turunan berafiks :
Berpakaian → { ber- } + pakaian ( pakai + an)
Beraturan → { ber- } + aturan ( atur + an)
Berkekuatan → { ber- } + kekuatan ( kuat + ke/an)
· Bentuk turun reduplikasi :
Berlari-lari → { ber- } + lari-lari
Berkeluh-kesah → { ber- } + keluh-kesah
Berilmu-pengetahuan → { ber- } + ilmu-pengetahuan
· Bentuk turunan hasil hasil komposisi :
Berjual beli → ber + jual beli
Berjual beli → ber + jual beli
Bertemu muka → ber + temu muka
Bergunung api → ber + gunung api
Ø Verba berprefiks { ber- } memiliki makna gramatikal ‘mempunyai (dasar)’ atau ‘ada (dasar)nya’. Contoh : berayah → memiliki ayah, berjendela → ada jendelanya, bermesin → ada mesinnya
Ø Verba berprefiks { ber- } memiliki makna gramatikal ‘memakai’ atau ‘mengenakan’. Contoh : berkebaya → memakai kebaya,berkalung → memakai kalung, berpita → memakai pita
Ø Verba berprefiks { ber- } memiliki makna gramatikal‘mengendarai’, ‘menumpang’ atau ‘naik’. Contoh : bersepeda→ mengendarai sepeda, berkuda → naik kuda, berkereta → menumpang kereta
Ø Verba berprefiks { ber- } memiliki makna gramatikal ‘berisi’ atau ‘mengandung’. Contoh : beracun → mengandung racun,berpenyakit → mengandung penyakit, berair → berisi air
Ø Verba berprefiks { ber- } memiliki makna gramatikal‘mengeluarkan’ atau ‘menghasilkan’. Contoh : perproduksi → menghasilkan produksi, berdarah → mengeluarkan darah
Ø Verba berprefiks { ber- } memiliki makna gramatikal‘mengusahakan’ atau ‘mengupayakan’. Contoh : bersawah → mengusahakan sawah, bercocok tanam → mengusahakan cocok tanam
Ø Verba berprefiks { ber- } memiliki makna gramatikal ‘melakukan kegiatan’. Contoh : berdebat → melakukan debat, berdiskusi → melakukan diskusi, berolahraga → melakukan olahraga
Ø Verba berprefiks { ber- } memiliki makna gramatikal ‘mengalami’ atau ‘berada dalam keadaan’. Contoh : bergembira → mengalami keadaan gembira, bersenang-senang → dalam keadaan senang
Ø Verba berprefiks { ber- } memiliki makna gramatikal ‘menyebut’ atau ‘menyapa’. Contoh : berabang → memanggil abang,berkakak → menyebut kakak, bertuan → memanggil tuan
Ø Verba berprefiks { ber- } memiliki makna gramatikal ‘kumpulan’ atau ‘kelompok’. Contoh : berdua →kumpulan dari dua (orang)
Ø Verba berprefiks { ber- } memiliki makna gramatikal ‘memberi’. Contoh : bersedekah → memberi sedekah, berceramah → memberi ceramah
b) Verba berkonfiks dan klofiks { ber- / -an }
Ø Verba berkonfiks { ber-an } memiliki makna gramatikal‘banyak serta tidak teratur’, apabila memiliki komponen makna (tindakan), (sasaran), (gerak). Contoh : berlarian → banyak yang berlari dan tidak teratur
Ø Verba berkonfiks { ber-an } memiliki makna gramatikal‘saling’ atau ‘berbalasan’, apabila memiliki komponen makna (tindakan), (sasaran), (gerak). Contoh : bermusuhan → bsaling memusuhi
Ø Verba berkonfiks { ber-an } memiliki makna gramatikal ‘saling berada di’, apabila memiliki komponen makna (benda), (letak), (tempat). Contoh : bersebelahan → saling berada di sebelah
c) Verba berklofiks { ber- / -kan }
Ø Verba
berklofiks ber-kan dibentuk dengan proses, mula-mula pada bentuk dasar
diimbuhkan prefiks ber-, lalu diimbuhkan pula sufiks –kan. Contoh : Bermodalkan → (ber+modal) + kan
Bersenjatakan → (ber+senjata) + kan
d) Verba bersufiks { -kan }
Ø Verba bersufiks { -kan } memiliki makna gramatikal‘jadikan’, apabila memiliki komponen makna (keadaan)dan (sifat khas). Contoh : tenang → jadikan tenang ; putus → jadikan putus
Ø Verba bersufiks { -kan } memiliki makna gramatikal ‘jadikan berada di’, apabila memiliki komponen makna (tempat) atau (arah). Contoh : pinggirkan → jadikan berada di pinggir
Ø Verba bersufiks { -kan } memiliki makna gramatikal ‘lakukan untuk orag lain’, apabila memiliki komponen makna (keadaan)dan (sifat khas). Contoh : bukakan → lakukan buka untuk (orang lain)
Ø Verba bersufiks { -kan } memiliki makna gramatikal ‘lakukan akan’, apabila memiliki komponen makna (keadaan)dan (sifat khas). Contoh : lemparkan → lakukan lempar akan
Ø Verba bersufiks { -kan } memiliki makna gramatikal ‘bawa masuk ke’, apabila memiliki komponen makna (keadaan)dan (sifat khas). Contoh : gudangkan → bawa masuk ke gudang
e) Verba bersufiks { -i }
Ø Verba bersufiks { -i } memiliki makna gramatikal ‘berulang kali’, apabila memiliki komponen makna (tindakan)dan (sasaran). Contoh : pukuli → pekerjaan pukul dilakukan berulang kali
Ø Verba bersufiks { -i } memiliki makna gramatikal ‘tempat’, apabila memiliki komponen makna (tempat)
Contoh : duduki → duduk di ( ....)
Contoh : duduki → duduk di ( ....)
Ø Verba bersufiks { -i } memiliki makna gramatikal ‘merasa sesuatu pada’, apabila memiliki komponen makna (sikap batin) atau (emosi)
Contoh : hormati → merasa hormat pada
Contoh : hormati → merasa hormat pada
Ø Verba bersufiks { -i } memiliki makna gramatikal ‘memberi’ atau ‘membubuhi’, apabila memiliki komponen makna (bahan berian). Contoh : gulai → beri gula pada
Ø Verba bersufiks { -i } memiliki makna gramatikal ‘jadikan’ atau ‘sebabkan’, apabila memiliki komponen makna (keadaan) atau (sifat). Contoh : lengkapi → jadikan lengkap
Ø Verba bersufiks { -i } memiliki makna gramatikal ‘lakukan pada’, apabila memiliki komponen makna (tindakan) dan (tempat). Contoh : tanggapi → lakukan tanggap pada
f) Verba berprefiks { per- }
Ø Verba berprefiks { per- } memiliki makna gramatikal ‘jadikan lebih’, apabila memiliki komponen makna (keadaan) atau (situasi). Contoh : perlebar → jadikan lebih lebar
Ø Verba berprefiks { per- } memiliki makna gramatikal ‘anggap sebagai’ atau ‘jadikan’, apabila memiliki komponen makna (sifat khas). Contoh : perbudak → anggap sebagai budak
Ø Verba berprefiks { per- } memiliki makna gramatikal ‘bagi’, apabila memiliki komponen makna (jumlah) atau (bilangan) Contoh : berdua → bagi dua ; berlima → bagi lima
g) Verba berkonfiks { per- / -kan }
Ø Verba berkonfiks { per- / -kan } memiliki makna gramatikal‘jadikan bahan per-an’, apabila memiliki komponen makna (kegiatan). Contoh : pertanyakan → jadikan bahan pertanyaan
Ø Verba berkonfiks { per- / -kan } memiliki makna gramatikal‘lakukan supaya (dasar)’, apabila memiliki komponen makna (keadaan). Contoh : persamakan → lakukan supaya sama
Ø Verba berkonfiks { per- / -kan } memiliki makna gramatikal‘jadikan me-’, apabila memiliki komponen makna (tindakan). Contoh : pertontonkan → jadikan (orang lain) menonton
Ø Verba berkonfiks { per- / -kan } memiliki makna gramatikal‘jadikan ber-’, apabila memiliki komponen makna (kejadian). Contoh : pergunakan → jadikan berguna
h) Verba berkonfiks { per- / -i }
Ø Verba berkonfiks { per- / -i } memiliki makna gramatikal‘lakukan supaya jadi’, apabila memiliki komponen makna (keadaan). Contoh : perbaiki → lakukan supaya jadi baik
Ø Verba berkonfiks { per- / -i } memiliki makna gramatikal‘lakukan (dasar) pada objeknya’, apabila memiliki komponen makna (tindakan) dan (lokasi). Contoh : persetujui→ lakukan setuju pada objeknya
i) Verba berprefiks { me- }
ü Apabila me- digunakan dengan bentuk dasar yang dimulai dari fonem r, l,w, y, m,n ,ny,dan ng
contoh : merawat, meyakini, memerah, menyala, mewasitkan
contoh : merawat, meyakini, memerah, menyala, mewasitkan
ü Apabila mem- digunakan dengan bentuk dasar yang dimulai dari fonem b, p, f, dan v
contoh : membina,memfitnah,memveto, dan memotong
contoh : membina,memfitnah,memveto, dan memotong
ü Apabila men- digunakan dengan bentuk dasar yang dimulai dari fonem d dan t
contoh : menduda, mendengar, mendidik, menendang
contoh : menduda, mendengar, mendidik, menendang
ü Apabila meny- digunakan dengan bentuk dasar yang dimulai dari fonem s, c, dan j
contoh : mencuri → menycuri, menjual → menycuri, menyikat
contoh : mencuri → menycuri, menjual → menycuri, menyikat
ü Apabila meng- digunakan dengan bentuk dasar yang dimulai dari fonem k,g, h, kh, a, i, u, e dan o
contoh : menggali, menghibur, mengirus, mengelak
contoh : menggali, menghibur, mengirus, mengelak
j) Verba berprefiks { di- }
Ø Verba berprefiks { di- } dibagi menjadi dua, antara lain :
ü Verba berprefiks { di- } inflektif adalah verba pasif. Memiliki makna gramatikal yang berkebalikan dari bentuk aktif verba berprefiks me- inflektif
ü Verba berprefiks { di- } derivatif, sejauh data yang diperoleh hanya ada kata dimaksud, yang lain tidak ada
k) Verba berprefiks { ter- }
Ø Verba
berprefiks { ter- } inflektif adalah verba pasif keadaan dari verba
perprefiks { me- } inflektif dan memiliki makna gramatikal :
ü Dapat atau sanggup, apabila memiliki komponen makna (tindakan) dan (sasaran)
Contoh : terangkat → dapat diangkat
Contoh : terangkat → dapat diangkat
ü Tidak sengaja, apabila memiliki komponen makna (tindakan) dan (sasaran)
Contoh : terbaca → tidak sengaja dibaca
Contoh : terbaca → tidak sengaja dibaca
ü Sudah terjadi, apabila memiliki komponen makna (tindakan) dan (keadaan)
Contoh : tertabrak → sudah terjadi (tabrak)
Contoh : tertabrak → sudah terjadi (tabrak)
Ø Verba berprefiks { ter- } derivatif memiliki makna makna gramatikal :
ü Paling, apabila memiliki komponen makna (keadaan)
Contoh : terbaik → paling baik
Contoh : terbaik → paling baik
ü Dalam keadaan, apabila memiliki komponen makna (keadaan) dan (kejadian)
Contoh : tergeletak → dalam keadaan geletak
Contoh : tergeletak → dalam keadaan geletak
ü Terjadi dengan tiba-tiba, apabila memiliki komponen makna (kejadian)
Contoh : teringat → tiba-tiba ingat
Contoh : teringat → tiba-tiba ingat
l) Verba berprefiks { ke- }
Verba berprefiks { ke- } diunakan dalam Bahasa ragam tidak baku. Fungsi an makna gramatikalnya sepadan dengan verba berprefiks { ter- }
Contoh : kebaca sepadan dengan terbaca, ketabrak sepadan dengantertabrak, ketangkap sepadan dengan tertangkap
Verba berprefiks { ke- } diunakan dalam Bahasa ragam tidak baku. Fungsi an makna gramatikalnya sepadan dengan verba berprefiks { ter- }
Contoh : kebaca sepadan dengan terbaca, ketabrak sepadan dengantertabrak, ketangkap sepadan dengan tertangkap
m) Verba berkonfiks { ke- / -an }
Ø Verba berkonfiks { ke- / -an } memiliki makna gramatikal‘terkena, mengalami, menderita (dasar)’, apabila memiliki komponen makna (peristiwa alam) atau (hal yang tidak enak). Contoh : kebanjiran → terkena banjir
Ø Verba berkonfiks { ke- / -an } memiliki makna gramatikal‘agak (dasar)’, apabila memiliki komponen makna (warna)
Contoh : kekuningan → agak kuning
Contoh : kekuningan → agak kuning
B. Pembentukan nomina
a) Nomina berprefiks { ke- }
Contoh : ketua → yang dituai
Contoh : ketua → yang dituai
Kekasih → yang dikasihi
kehendak → yang dikehendaki
kehendak → yang dikehendaki
b) Nomina berkonfiks { ke- / -an }
v Dibentuk langsung dari kata dasar, baik dari akar tunggal maupun akar majemuk
contoh : kehutanan → ke-an + hutan
keolahragaan → ke-an + olahraga
contoh : kehutanan → ke-an + hutan
keolahragaan → ke-an + olahraga
a. ‘hal ( dasar )’ atau ‘tentang (dasar)’, apabila bentuk dasarnya itu memiliki komponen makna (bendaan) dan (objek bicara)
Contoh : kehutanan → hal tentang hutan
kebersamaan → hal tentang bersama
kebersamaan → hal tentang bersama
b. ‘tempat’ atau ‘wilayah’, apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (bendaan), (wilayah), (jabatan)
Contoh : kecamatan → wilayah camat
kesultanan → wilayah sultan
Contoh : kecamatan → wilayah camat
kesultanan → wilayah sultan
v Dibentuk dari akar, tetapi melalui verba (yang dibentuk dari akar tersebut) yang menjadi predikat dalam satu klausa
contoh : keberanian → berani + ke-an → mereka sungguh berani
kesedihan → sedih + ke-an → kami sangat sedih
contoh : keberanian → berani + ke-an → mereka sungguh berani
kesedihan → sedih + ke-an → kami sangat sedih
a. ‘hal (dasar)’ atau ‘majemuk’, apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (keadaan)
Contoh : keberanian → artinya ‘hal berani’ → dibentuk dari kata verba berani → anak kecil ituberani sekali
b. ‘hasil me-kan’, apabila verba yang dilaluinya memiliki komponen makna (tindakan) dan (sasaran)
Contoh : ketetapan → artinya ‘hasil menetapkan’ → dibentuk → DPRD akan menetapkan UU baru
c). Nomina berprefiks { pe- }, memiliki makna gramatikal :
Ø Nomina
berprefiks { pe- } yang mengikuti kaidah persengauan, dapat berbentuk
pe-, pem-, pen-, per, peng, peny, dan penge. Persengauannya sama dengan
persengauan pada prefiks me-
ü Apabila pe- digunakan dengan bentuk dasar yang dimulai dari fonem r, l,w, y, m,n ,ny,dan ng
contoh : perawat → verba : merawat ; peyakin → meyakini
contoh : perawat → verba : merawat ; peyakin → meyakini
ü Apabila pem- digunakan dengan bentuk dasar yang dimulai dari fonem b, p, f, dan v
contoh : pembina → verba : membina ; pemveto → memveto
contoh : pembina → verba : membina ; pemveto → memveto
ü Apabila men- digunakan dengan bentuk dasar yang dimulai dari fonem d dan t
contoh : pendengar→verba : mendengar ; pendidik→ mendidik
contoh : pendengar→verba : mendengar ; pendidik→ mendidik
ü Apabila meny- digunakan dengan bentuk dasar yang dimulai dari fonem s, c, dan j
contoh : penjual → verba : menjual ; penjahit → menjahit
contoh : penjual → verba : menjual ; penjahit → menjahit
ü Apabila peng- digunakan dengan bentuk dasar yang dimulai dari fonem k,g, h, kh, a, i, u, e dan o
contoh : penggugat → verba : menggugat
contoh : penggugat → verba : menggugat
ü Apabila penge- digunakan dengan bentuk dasarnya berupa bentuk ekasuku
contoh : pengecat → verba : mengecat;pengebom→mengebom
contoh : pengecat → verba : mengecat;pengebom→mengebom
ü Apabila pe- mengikuti
kaidah persengauan dibentuk dari dasar melalui verba dari suatu klausa.
Sehingga ,makna gramatikal yang dimilikinya adalah yang (dasar) → pendatang, pemabuk, pemalas , yang me- (dasar) → penulis, penonton, pelatih, yang me-kan (dasar) → penjinak, pembersih, pewangi, dan yang me-i (dasar) → pewaris, pengunjung, pelengkap
Ø Nomina berprefiks { pe- } yang tidak mengikuti kaidah persengauan, yang memiliki mskns grsmstikal ‘yang ber- (dasar)’
Contoh : peladang → berladang ; pedagang → berdagang
Ø Nomina berprefiks { pe- } melalui proses analogi, yang dibagi menjadi dua, antara lain :
ü Adanya bentuk penyuruh, yang memiliki makna gramatikal ‘yang menyuruh’ dan bentuk pesuruh , yang memiliki makna gramatikal ‘yang disuruh’
ü Adanya bentuk petinju dan pegulat dengan makna gramatikal ‘yang berolahraga tinju’ dan ‘yang berolahraga gulat’
d). Nomina konprefiks { pe- / -an }, yang mempunyai enam buah bentuk atau alomorf, antara lain :
ü Bentuk atau alomorf pe-an → perawatan, pelarian, pewarisan
ü Bentuk atau alomorf pem-an → pembinaan, pembakaran, pemilihan
ü Bentuk atau alomorf pen-an → pendengaran, penertiban, penentuan
ü Bentuk atau alomorf peng-an → pengiriman, penghukuman, pengambilan
ü Bentuk atau alomorf penge-an → pengecatan, pengetikan, pengesahan
e). Nomina berkonfiks { per- / -an }
Ø Nomina berkonfiks per-an yang dibentuk dari dasar melalui verba ber- bentuknya mengikuti perubahan bentuk prefiks ber-, sehingga menjadi bentuk per-an, pe-an, pel-an → perselingkuhan(berselingkuh), pergaulan (bergaul), perladangan (berladang)
Ø Bentuk atau alomorf pe-an digunakan apabila diturunkan dari dasar melalui verba berbentuk be- → pekerjaan (bekerja), peternakan (beternak), dan pecerminan (becermin)
Ø Nomina
berkonfiks per-an yang dibentuk dari dasar (baik akar maupun bukan)
nomina → perkaretan, perkebunan, perburuhan, perbelanjaan
ü ‘hal ber- (dasar)’ → pergerakan memiliki makna ‘hal bergerak’, pertemuan memiliki makna ‘hal bertemu’
ü ‘hal, tentang atau masalah (dasar)’ → perekonomian memiliki makna ‘hal ekonomi’, perhotelan memiliki makna ‘hal hotel’
ü ‘daerah, wilayah, atau tempat’ → pgunungan memiliki makna ‘daerah gunung’, pemukiman memiliki makna ‘wilayah mukim’
f). Nomina bersufiks { -an }
Ø Nomina bersufiks –an yang dibentuk dari dasar melalui verba berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal :
Ø Nomina
bersufiks –an yang dibentuk dari dasar melalui verba berprefiks ber-
memiliki makna gramatikal ‘tempat ber- (dasar)’. Misalnya : kubangan → lubang-lubang di jalan, tepian → mereka memancing di tepian sungai, dan pangkalan → pangkalan ojek ramai
Ø Nomina bersufiks –an yang dibentuk dari dasar langsung yang memiliki makna gramatikal:
ü Tiap-tiap, apabila memiliki komponen makna (ukuran) atau (takaran). Misal : bulanan → majalah ini terbit bulanan
ü Banyak (dasar), apabila memiliki komponen makna (bendaan) dan (kecil). Misal : ubanan, kutuan, jamuran
ü Bersifat (dasar), apabila memiliki komponen makna (keadaan). Misal : murahan, asinan, dan manisan
g). Nomina bersufiks { -nya }
ü ‘hal (dasar)’, apabila memiliki komponen makna (keadaan). Misal : naiknya, mahalnya, dan luasanya
ü Penegasan, apabila memiliki komponen makna (bendaan) atau (tindakan). Misal : nasinya, airnya, pulangnya, dan datangnya
h). Nomina berprefiks { ter- }
Memiliki makna gramatikal ‘yang di- (dasar)’ dan
hanya terdapat sebagai istilah dalam bidang hukum. Nomina tersebut
antara lain : tersangka, terperiksa, terdakwa, tergugat, tertuduh,
terhukum, dan terpidana
i). Nomina berinfiks { -el }, { -em }, { -er }
contoh : tapak → telapak, tunjuk →telunjuk, getar → gemetar, gigi → geligi
C. Pembentukan ajektifa
Ø Dasar Ajektifa Berafiks Asli Indonesia
a) Dasar ajektifa berprefiks { pe- }
ada dua macam proses pembubuhan prefiks { pe- } pada kata dasar adjektiva :
ada dua macam proses pembubuhan prefiks { pe- } pada kata dasar adjektiva :
v Imbuhan
secara langsung, dapat terjadi kalau dasar ajektiva itu memiliki
komponen makna ( sikap batin ) dan memberi makna gramatikal ‘yang
memiliki sifat (dasar)’
Contoh : Pemalu → pe + malu
Contoh : Pemalu → pe + malu
Pembenci → pe + benci
v Pemberian
prefiks { pe- } melalui verba berklofiks { me- / -kan} dapat terjadi
apabila dasar ajektifa itu memiliki komponen makna ( keadaan fisik ) dan
memiliki makna gramatikal ‘yang menjadikan ( dasar )’
Contoh : Pembersih → pe + bersih
Pengering → pe + kering
b) Dasar ajektifa berprefiks { se- }
Memiliki makna gramatikal ‘sama (dasar)’ dengan nomina yang mengikutinya’
contoh : Sepintar Andi → sama pintarnya dengan Andi
Seputih Putri → sama putihnya dengan Putri
Memiliki makna gramatikal ‘sama (dasar)’ dengan nomina yang mengikutinya’
contoh : Sepintar Andi → sama pintarnya dengan Andi
Seputih Putri → sama putihnya dengan Putri
c) Dasar ajektifa bersufiks { -an }
Memiliki makna gramatikal ‘lebih (dasar)’ pada nomina yang mengikutinya
Contoh : Pintaran Andi → lebih pintar Andi
Seputih Putri → lebih putih Putri
Memiliki makna gramatikal ‘lebih (dasar)’ pada nomina yang mengikutinya
Contoh : Pintaran Andi → lebih pintar Andi
Seputih Putri → lebih putih Putri
d) Dasar ajektifa berprefiks { ter- }
Memiliki makna gramatikal ‘paling (dasar)’
Contoh : terpintar → paling pintar
terputih → paling putih
Memiliki makna gramatikal ‘paling (dasar)’
Contoh : terpintar → paling pintar
terputih → paling putih
e) Dasar ajektifa berkonfiks { ke- / -an }
Memiliki makna gramatikal ‘lebih (dasar)’ pada nomina yang mengikutinya
Contoh : kehitaman → agak hitam
Memiliki makna gramatikal ‘lebih (dasar)’ pada nomina yang mengikutinya
Contoh : kehitaman → agak hitam
kekuningan → agak kuning
f) Dasar ajektifa berklofiks { me- / -kan }
Memiliki makna gramatikal ‘menyebabkan jadi (dasar)’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna
Contoh : mengecewakan → menyebabkan kecewa
Memiliki makna gramatikal ‘menyebabkan jadi (dasar)’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna
Contoh : mengecewakan → menyebabkan kecewa
Memprihatinkan → menyebabkan prihatin
g) Dasar ajektifa berklofiks { me- / -i }
Memiliki makna gramatikal ‘merasa (dasar) pada’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( rasa batin )
Contoh : Menghormati → merasa hormat pada
Mencintai → merasa cinta pada
Memiliki makna gramatikal ‘merasa (dasar) pada’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( rasa batin )
Contoh : Menghormati → merasa hormat pada
Mencintai → merasa cinta pada
h) Dasar lain berkomponen makna ( + keadaan )
Contoh : Pada nomina untung dan rugi memiliki komponen makna (keadaan), sehingga keduanya sama-sama dapat diberi imbuhanbukan dan tidak. Jadi, bentuk-bentuk bukan untung, bukan rugi, tidak untung, tidak rugi, sama-sama berterima. Dengan demikian bentuk kata turunan beruntung bisa dikategorikan ajektiva. Kata turunan merugikan bisa disebut berkategori verba juga bisa termasuk kategori ajektiva.
Contoh : Pada nomina untung dan rugi memiliki komponen makna (keadaan), sehingga keduanya sama-sama dapat diberi imbuhanbukan dan tidak. Jadi, bentuk-bentuk bukan untung, bukan rugi, tidak untung, tidak rugi, sama-sama berterima. Dengan demikian bentuk kata turunan beruntung bisa dikategorikan ajektiva. Kata turunan merugikan bisa disebut berkategori verba juga bisa termasuk kategori ajektiva.
Makna Gramatikal Menurut Ahli
Makna
gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat dari proses gramatika
seperti afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Makna gramatikal
bergantung pada konteks yang membawanya. Implikasinya salah satunya
awalan ter- atau imbuhan lainnya, tentunya tidak mempunyai makna. Sebuah
imbuhan baru dapat memiliki makna atau kemungkinan memiliki makna
apabila sudah berproses dengan kata lain. Kata ‘terangkat’ memiliki
kemungkinan makna dapat atau tidak sengaja tergantung konteks kalimat
yang membawanya. Macam-macam Proses Morfologi
1.
Afiksasi Proses melekatnya afiks (imbuhan) kepada bentuk dasar. Akibat
melekatnya afiks kepada kata dasar akan menimbulkan fungsi dan makna
baru. Macam-macam afiks bahasa indonesia a. Prefiks (awalan)
= di, me, ber, pe, ter dan sebagainya b. Infiks (sisipan)
= in, el c. Sufiks (akhiran) = an, kan, i, lah d.
Konfiks (afiks gabung) =pe - an, ke - an, se - nya e. Simulfiks
(afiks berurutan) =me - kan, me - i, di - kan
2.
Reduplikasi Proses pembentukan kata baru dengan cara mengulang bentuk
dasar. Bentuk perulangan kata meliputi: a. Kata ulang utuh/penuh =
gedung-gedung b. Kata ulang sebagian = berlari-lari c. Kata ulang
berimbuhan = anak-anakan d. Kata ulang berubah bunyi = sayur mayur e.
Kata ulang semu = kupu-kupu, kunang-kunang
0 komentar:
Posting Komentar