MASYARAKAT INDONESIA PADA MASA PRAAKSARA
Pengertian Masa Pra-Aksara
Pra-aksara
berasal dari gabungan kata, yaitu pra dan aksara. Pra artinya sebelum
dan aksara berarti tulisan. Dengan demikian, yang dimaksud masa
pra-aksara adalah masa sebelum manusia mengenal bentuk tulisan. Masa
pra-aksara disebut juga dengan masa nirleka (nir artinya tidak ada, dan leka artinya
tulisan), yaitu masa tidak ada tulisan. Masa praaksara disebut juga
dengan masa pra-sejarah, yaitu suatu masa dimana manusia belum mengenal
tulisan. Adapun masa sesudah manusia mengenal tulisan disebut juga
dengan masa aksara atau masa sejarah.
Kehidupan
manusia pada masa pra-aksara dapat diketahui dari
peninggalan-peninggalan yang ditinggalkan oleh manusia yang hidup pada
waktu itu. Peninggalan itu dapat berupa artefak dan fosil. Artefak
wujudnya berupa benda-benda purbakala. Benda-benda tersebut dapat
membantu kita untuk memperkirakan bagaimana perkembangan kehidupan
manusia. Sementara itu, fosil yang berupa sisa-sisa tulang belulang
manusia, hewan, dan tumbuhan yang sudah membatu, dapat membantu pada
kita mengenai pertumbuhan fisik manusia pada masa pra-aksara.
Bekas-bekas atau sisa-sisa manusia, tumbuhan, dan binatang yang telah
membatu itu terdapat dalamlapisan-lapisan bumi.
Asal-Usul Kehidupan Manusia
Menurut ilmu falaq,
yaitu ilmu yang mempelajari bintang-bintang, bumi yang kita tempati ini
terjadi kira-kira 250 ribu juta tahun yang lalu. Awalnya berupa bola
gas yang sangat panas dan berputar pada porosnya. Karena berputar
terusmenerus maka gas tadi menjadi semakin padat, terjadilah kulit bumi.
Kulit ini makin lama makin tebal tetapi turun derajat suhunya.
Sementara itu, bagian dalam dari bumi yang kita tempati ini sampai
sekarang masih belum padat. Kita dapat lihat bagaimana sewaktu gunung
api meletus yang mengeluarkan magma yang sangat panas. Kita juga dapat
menyaksikan bagaimana meluapnya lumpur panas Lapindo di Porong Sidoarjo
dari dalam perut bumi. Contoh tersebut membuktikan bahwa bagian dalam
perut bumi masih berupa zat cair yang sangat panas.
Sebelum adanya
kehidupan manusia, bumi ini mengalami perubahan-perubahan. Proses
perubahan itu terbagi atas beberapa fase-fase atau zaman. Perubahan dari
satu zaman ke zaman berikutnya memakan waktu yang cukup lama, sampai
jutaan tahun. Pembagian zaman perubahan-perubahan bumi menurut geologi
meliputi arkaikum, palaeozoikum, mesozoikum, dan neozoikum atau
kenozoikum. Zaman kenozoikum ini terbagi dalam dua bagian, yaitu zaman
tersier dan kwarter. Pada zaman kwarter inilah mulai ada tanda-tanda
kehidupan manusia.
Kala plestosin
merupakan zaman yang sangat penting, sebab pada zaman itulah manusia
mulai muncul di muka bumi. Kala plestosin berlangsung kira-kira dari 3
juta sampai 10.000 tahun sebelum masehi. Pada masa ini terjadilah masa
perluasan lapisan es di kutub. Beberapa daratan yang berdekatan dengan
kutub Utara tertutup es. Terjadilah suatu perubahan suhu yang
memengaruhi keadaan kehidupan. Di daerah-daerah yang jauh dari kutub
tidak terjadi pembekuan, tetapi terjadi musim penghujan yang hebat.
Keadaan bumi
belum stabil benar. Terjadi letusan-letusan gunungapi, erosi,
pengendapan, dan pengangkatan pegunungan-pegunungan. Letusan gunung
berapi mengakibatkan terjadinya timbunan batuan, kerikil, lahar, lava
maupun abu, baik di daratan maupun di laut. Ada gerakan di dalam bumi
(gerakan endogen) dan dari luar bumi (gerakan eksogen). Pegunungan atau
daratan yang mula-mula di bawah laut merupakan dasar laut dangkal
semakin terangkat ke atas. Hal ini mengakibatkan daratan semakin luas
sebagai tempat hidup.
Bagaimanakah
yang terjadi pada kepulauan di Indonesia pada saat itu? Kepulauan
Indonesia bagian barat mula-mula bersatu dengan Benua Asia, sedangkan
kepulauan bagian timur bersatu denganBenua Australia. Kemudian
bagian-bagian tersebut terpisah karena naiknya permukaan laut. Daratan
yang menghubungkan Indonesia dengan Australia Kemudian bagian-bagian
tersebut terpisah karena naiknya permukaan laut.
Daratan yang
menghubungkan Indonesia dengan Australia terputus dan menjadi laut
kembali dikarenakan naiknya permukaan air laut yang disebabkan es di
kutub mencair. Bekas daratan yang menghubungkan Indonesia bagian barat
dengan benua Asia sekarang menjadi lautan paparan Sunda. Adapun bekas
daratan yang menghubungkan Indonesia bagian timur dengan Benua Australia
disebut paparan sahul.
Antara Asia
dan Australia memiliki iklim yang berbeda. Benua Asia memiliki iklim
yang mengandung curah hujan yang tinggi, sedangkan di Benua Australia
memiliki iklim yang kering. Tidakmengherankan apabila letak geografis
tersebut memengaruhi iklim di Indonesia. Bagian barat kepulauan
Indonesia mendapat pengaruh angin dari Asia yang membawa curah hujan
sehingga curah hujan tinggi. Sedangkan Indonesia Timur mendapat pengaruh
angin dari Australia yang kering sehingga curah hujan sedikit. Karena
kurangnya hujan maka daerah Indonesia Timur menjadi kering. Alam
merupakan tempat kehidupan mahluk dan tumbuhan termasuk manusia.
Perubahan yang terjadi pada alam berpengaruh terhadap kehidupan mahluk
dan tumbuhan. Mahluk hidup akan senantiasa beradaptasi terhadap
perubahan iklim. Binatang-binatang yang hidup di daerah yang dingin
mengembangkan bulu bulunya untuk menahan dingin. Adapun di daerah yang
panas, binatang-binatang memiliki bulu yang jarang dan sedikit.
Bagaimanakah
dengan perkembangan awal manusia di Indonesia? Asal usul nenek moyang
bangsa Indonesia berlatar belakang juga pada perubahan alam. Menurut
para ahli, manusia pertama di Indonesia berasal dari Asia.
Perubahan-perubahan alam tersebut berakibat pada terjadinya migrasi
manusia.
Pengaruh musim
dari kedua benua (Asia dan Australia) memengaruhi migrasi melalui
pelayaran. Dengan menggunakan perahu yang sangat sederhana kelompok
kelompok manusia melakukan perjalanan mengikuti arah musim. Orang
Indonesia zaman praaksara dengan perahu-perahunya yang sederhana telah
mengarungi samudera yang luas dalam mencari tempat-tempat pemukiman
baru. Pada sekitar tahun 2000 sebelum masehi terjadi gelombang
perpindahan rumpun bangsa yang berbahasa Melayu-Austronesia (Melayu
Kepulauan Selatan). Melayu-Austrononesia ialah suatu ras Mongoloid yang
berasal dari daerah Yunan di Cina Selatan. Dari tempat itu mereka
menyebar ke daerah-daerah hilir sungai besar di teluk Tonkin. Pada
sekitar 200 SM, mereka pindah menyebar ke daerah-daerah Semenanjung
Malaya, Indonesia, Filipina, Formosa, pulau-pulau Lautan Teduh sampai ke
Madagaskar. Kelompok migrasi dari Yunan ke Indonesia inilah yang
dianggap sebagai asal mula nenek moyang bangsa Indonesia.
Pembagian Zaman Praaksara
Berdasarkan benda-benda peninggalan yang ditemukan, masa pra-aksara/pra sejarah dibagimenjadi:
- Zaman Batu, yaitu zaman ketika manusia mulai mengenal alat-alat yang terbuat dari batu. Pada zaman ini, bukan berarti alat-alat dari kayu atau bambu tidak dibuat. Alat yang terbuat dari bahan kayu atau bambu mudah rapuh, tidak tahan lama seperti dari batu, bekas-bekas peninggalannya tidak ada lagi. Zaman batu ini dibagi lagi atas beberapa periode, yaitu:
- zaman batu tua (Palaelithkum);
- zaman batu tengah (Mesolithikum);
- zaman batu muda (Neolithikum);
- zaman batu besar (Megalithikum).
- Zaman Logam, yaitu zaman sewaktu manusia sudah mampu membuat alat-alat perlengkapan hidupnya dari logam. Teknik pembuatan alat-alat dari logam ini dengan cara melebur terlebih dahulu bijih-bijih logam yang nanti dituangkan dalam bentuk alat-alat yang sesuai dengan yang dibutuhkan. Dengan demikian, zaman logam ini tingkat kehidupan manusia sudah lebih tinggi daripada zaman batu. Zaman logam dibagi atas:
- zaman tembaga,
- zaman perunggu, dan
- zaman besi.
Manusia purba
adalah jenis manusia yang hidup pada zaman pra-aksara atau prasejarah.
Untuk mengetahui bagaimana kehidupan manusia pada masa pra-aksara dapat
kita ketahui dari fosil atau bekas-bekas manusia yang membatu yang
ditemukan dalam lapisan bumi plestosin. Indonesia termasuk salah satu
negara tempat dimana ditemukan fosil dan artefak manusia purba. Ilmu
bantu sejarah untuk meneliti fosil manusia, tumbuhan, dan hewan ini
adalah paleontologi. Adapun ilmu yang mempelajari manusia purba adalah
paleoantropologi.
Manusia Pra-Aksara di Indonesia
Jenis manusia
purba yang ditemukan di Indonesia memiliki usia yang sudah tua, hampir
sama dengan penemuan manusia purba di negara-negara lainnya di dunia.
Bahkan Indonesia dapat dikatakan mewakili penemuan manusia purba di
daratan Asia. Daerah penemuan manusia purba di Indonesia tersebar di
beberapa tempat, khususnya di Jawa. Penelitian tentang manusia purba di
Indonesia telah lama dilakukan. Para peneliti itu antara lain: Eugene
Dubois, G.H.R Von Koenigswald, dan Franz Wedenreich. Berikut ini
jenis-jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia.
- Pithecantropus Erectus
Jenis manusia
ini ditemukan oleh seorang dokter dari Belanda bernama Eugene Dubois
pada tahun 1890 di dekat Trinil, sebuah desa di pinggir Bengawan Solo,
tak jauh dari Ngawi (Madiun). Pithecanthropus Erectus diambil dari kata pithekos = kera, anthropus = manusia, erectus =
berjalan tegak. Jadi Pithecanthropus Erectus artinya manusia-kera yang
berjalan tegak. Jenis manusia ini menurut para ahli kemampuan
berpikirnya masih rendah karena volume otaknya 900 cc, sedangkan volume
otak manusia modern lebih dari 1000cc. Kemudian kalau dibandingkan
dengan kera, volume otak kera tertinggi 600 cc. Jadi, jenis manusia
purba ini belum mencapai taraf ukuran otak manusia modern. Diperkirakan
jenis manusia ini hidup antara 1 juta 600.000 tahun yang lalu atau pada
zaman paleolithikum (zaman batu tua).
Fosil sejenis
Pithecantropus lainnya ditemukan oleh G.H.R Von Koenigswald pada tahun
1936 di dekat Mojokerto. Dari gigi tengkorak diperkirakan usia fosil ini
belum melebihi usia 5 tahun. Kemungkinan tengkorak tersebut anak dari
Pithecanthropus Erectus dan von Koenigswald menyebutnya dengan nama
Pithecantropus Mojokertensis. Von Koenigswald di tempat yang sama
menemukan fosil yang diberi nama Pithecantropus Robustus.
- Meganthropuis Paleojavanicus
Pada tahun
1941, von Koeningwald di daerah menemukan sebagian tulang rahang bawah
yang jauh lebih besar dan kuat dari rahang Pithecanthropus.
Geraham-gerahamnya menunjukkan corak-corak kemanusiaan, tetapi banyak
pula sifat keranya. Von Koeningwald menganggap mahluk ini lebih tua
daripada Pithecanthropus. Mahluk ini ia beri nama Meganthropuis
Paleojavanicus (mega = besar), karena bentuk tubuhnya yang lebih besar. Diperkirakan hidup pada 2 juta sampai satu juta tahun yang lalu.
- Homo Soloensis dan Homo Wajakensis
Von
Koenigswald dan Wedenreich menemukan kembali sebelas fosil tengkorak
pada tahun 1931-1934 di dekat Desa Ngandong, lembah Bengawan Solo.
Sebagian dari jumlah fosil itu telah hancur, tetapi ada beberapa yang
dapat memberikan informasi bagi penelitiannya. Von Koeningswald menilai
hasil temuannya ini bahwa mahluk itu lebih tinggi tingkatannya daripada
Pithecanthropus Erectus, bahkan sudah dapat dikatakan manusia. Mahluk
ini oleh von Koeningswald disebut Homo Soloensis (manusia dari Solo).
Selanjutnya di
dekat Wajak sebuah desa yang tak jauh dari Tulungagung Kediri ditemukan
sebuah tengkorak yang disebut Homo Wajakensis. Jenis manusia purba ini
tinggi tubuhnya antara 130–210 cm, dengan berat badan kira-kira 30–150
kg. Mukanya lebar dengan hidung yang masih lebar, mulutnya masih
menonjol. Dahinya masih menonjol, walaupun tidak seperti
Pithecanthropus. Manusia ini hidup antara 25.000–40.000 tahun yang lalu.
Cara hidup jenis Homo ini mengalami kemajuan dibandingkan jenis
sebelumnya. Mereka telah membuat alat-alat dari batu maupun tulang.
Binatang-binatang buruannya yang berhasil ditangkap dikuliti lalu
dibakar. Umbian-umbian merupakan jenis makanan dengan cara dimasak.
Walaupun masakannya masih sangat sederhana, tetapi ini menunjukkan
adanya kemajuan dalam cara berpikir mereka dibandingkan dengan jenis
manusia purba sebelumnya.
Perubahan-perubahan
yang terjadi di alam merupakan tantangan bagi manusia. Dalam menghadapi
tantangan alam maka manusia berpikir bagaimana cara menghadapinya agar
dapat bisa bertahan hidup. Untuk menghadapi tantangan alam maka manusia
menciptakan berbagai alat. Peralatan-peralatan hidup manusia ini
mengalami perkembangan, mulai dari yang sederhana sampai kepada yang
kompleks, misalnya alat-alat dari batu, mulai dari yang kasar sampai
yang halus bahkan sampai pada bentuknya yang mulai beragam. Jenis alat
yang digunakanpun berkembang, misalnya mulai dari bahan dari batu sampai
dengan logam. Proses perubahan itu dapat dikatakan sebagai perubahan
budaya yang dimiliki oleh manusia. Peralatan-peralatan yang diciptakan
oleh manusia merupakan hasil kebudayaannya. Selain terjadi perubahan
dalam kehidupan budaya, pada diri manusia terjadi pula perubahan dalam
kehidupan sosial-ekonomi. Secara fitrahnya manusia adalah mahluk sosial,
artinya mahluk yang selalu berinteraksi dengan yang lainnya sesama
manusia. Interaksi ini terjadi disebabkan oleh adanya ketergantungan
kebutuhan antara yang satu dengan yang lainnya. Kebutuhan ini bisa
berbentuk kebutuhan biologis maupun kebutuhan materi. Kebutuhan biologis
maka manusia akan melakukan perkawinan sehingga membentuk suatu
keluarga. Antara satu keluarga dengan keluarga yang lainnya saling
berhubungan dan membentuk suatu kelompok. Pembentukan suatu kelompok
pada masa lalu berhubungan dengan kebutuhan materi.
Mereka secara
bersama-sama mencari makanan yang disediakan oleh alam. Pencarian
makanan secara berkelompok ini penting karena menyangkut keamanan, sebab
pada saat itu masih banyak binatang buas dan tantangan alam yang sangat
keras. Pembentukan kelompok seperti ini bisa dikatagorikan ke dalam
kebutuhan ekonomi. Dengan demikian, kebutuhan sosial dan ekonomi
merupakan dua hal yang saling berkaitan.
Perkembangan Kehidupan Masa Praaksara
Pada saat
makanan (tumbuhan dan binatang) yang disediakan alam itu berlimpah maka
tingkat kehidupan manusia pada waktu itu cukup berburu dan mengumpulkan
makanan. Tetapi ketika bahan makanan mulai menipis dan tidak ada lagi,
timbulah kemampuan manusia untuk mengolahnya. Perubahan yang terjadi
pada alam ini, akan berpengaruh kepada kehidupan manusia. Mereka tidak
lagi hidup berpindah-pindah (nomaden), tetapi mulai pada kehidupan yang
menetap. Berikut ini tahapan kehidupan manusia pada masa pra-aksara di
Indonesia.
- Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Manusia pada
masa ini sangat tergantung pada sumber daya alam. Kebutuhan hidup mereka
ada pada alam. Agar dapat bertahan hidup, manusia pada masa ini berburu
dan mengumpulkan makanan. Untuk itu tidak mengherankan jika mereka
hidupnya berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya yang ada
sumber makanan.
Binatang apa
yang dapat diburu? Binatang yang dapat mereka buru, antara lain babi,
rusa, burung atau menangkap ikan di sungai, danau dan pantai. Perburuan
yang mereka lakukan di hutan-hutan, di sekitar daerah di mana mereka
tinggal. Binatang yang berhasil ditangkap biasanya mereka bakar sebelum
dimakan. Dengan demikian pada masa berburu dan mengumpulkan makanan,
manusia pada masa ini sudah mengenal api. Selain berburu, mereka juga
mengumpulkan umbi-umbian atau tumbuhtumbuhan yang bisa dimakan.
Guna
menghadapi tantangan alam yang begitu keras, terutama dari serangan
binatang buas mereka perlu bekerja sama. Tidak mengherankan jika hidup
mereka pada masa ini berkelompok. Dengan berkelompok akan memudahkan
mereka untuk menaklukan binatang buas atau binatang buruan. Hidup
berkelompok memudahkan perburuan dan keamanan.
Alat apakah
yang mereka gunakan untuk berburu dan mengumpulkan makanan? Berdasarkan
alat-alat yang ditemukan manusia purba pada masa ini menggunakan alat
dari batu, tulang, dan kayu. Bentuk alat-alat yang digunakan itu masih
kasar dan sangat sederhana.
Contoh alat-alat yang ditemukan pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, antara lain chopper. Alat
yang terbuat dari batu ini berupa kapak genggam karena jenis kapak yang
tidak bertangkai. Cara menggunakan kapak ini yaitu dengan cara
digenggam dengan tangan. Adapun fungsinya dapat digunakan untuk memukul
atau menggali. Diperkirakan yang membuat dan menggunakan jenis kampak
ini adalah jenis manusia purba Pithecantrhopus.
Daerah-daerah
penemuan jenis kapak genggam antara lain Pacitan, Sukabumi, Ciamis,
Gombong, Bengkulu, Lahat, Awangbangkal, Cabbenge, Bali, Flores, dan
Timor.
Selain kapak
genggam, ditemukan pula alat lainnya yang terbuat dari tulang-belulang
binatang. Bagian tulang yang digunakan biasanya bagian tanduk dan kaki.
Alat dari tulang ini dipergunakan untuk mengorek atau menggali
umbi-umbian. Selain untuk mengorek atau menggali umbi-umbian, alat ini
dapat digunakan sebagai ujung tombak untuk keperluan perburuan dan
menangkap ikan.
Alat-alat lainnya yang ditemukan adalah alatalat serpih atau disebut dengan flakes.
Bentuk alat ini sederhana dan dibuat kecil-kecil sekali dengan ukuran
antara 10-20 cm. Berdasarkan bentuknya, alat-alat serpih ini berfungsi
sebagai pisau, gurdi atau penusuk.
Berdasarkan alat-alat yang ditemukan, masa berburu dan mengumpulkan makanan ini masuk pada masa palaeolithikum atau
zaman batu tua. Ciri utama dari zaman ini, alat-alat dibuat sangat
sederhana, kasar dan tidak halus karena belum diasah. Jenis manusia
pendukung masa palaeolithukum adalah jenis pithecantrhopus.
- Masa Bercocok Tanam
Pada awalnya
kehidupan manusia sangat bergantung pada apa yang disediakan oleh alam.
Tahap kehidupan ini ada pada masa berburu dan mengumpulkan makanan.
Perkembangan selanjutnya, manusia mampu mengolah alam. Kemampuan awal
mengolah alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya masuk pada masa bercocok
tanam.
Pada masa
bercocok tanam, manusia pra-aksara memiliki kemampuan menyediakan
makanan dalam jangka waktu tertentu. Manusia pra-aksara dapat
menyediakan makanannya sendiri karena pada tahap ini, manusia mampu
memproduksi tumbuh-tumbuhan dan mengembangbiakan binatang ternak.
Manusia mampu menanam berbagai jenis tumbuhan yang semula tumbuh liar,
seperti menanam padi dan umbi-umbian. Mereka dapat mengolah tumbuhan
tersebut sehingga dapat dimanfaatkan sebagai makanan.
Pada tahap
bercocok tanam, tempat tinggal manusia tidak berpindah-pindah seperti
halnya pada masa berburu dang mengumpulkan makanan. Pada masa bercocok
tanam, manusia secara berkelompok sudah mulai hidup menetap. Mereka
tidak perlu berpindah-pindah lagi karena persediaan makanan melalui
bercocok tanam sudah tercukupi.
Berhuma
merupakan cara bercocok tanam yang digunakan oleh manusia pra-aksara
pada masa itu. Cara berhuma digunakan dengan membersihkan hutan dan
menanaminya. Karena proses berhuma memakan waktu yang lama, manusia
pra-aksara tinggal di tempat mereka berhuma dan membangun rumah. Rumah
itu terbuat dari kayu. Pada masa itu, manusia pra-aksara hidup
berpindah-pindah. Ketika tanah yang mereka olah tidak subur lagi, mereka
pindah berhuma ke tempat lain dan rumah itupun ditinggalkan. Teknik
bercocok tanam dengan berhuma masih tetap digunakan sampai saat ini.
Teknik berhuma digunakan pada daerah-daerah yang kurang dengan sistem
perairannya.
Masa bercocok
tanam manusia pra-aksara menghasilkan berbagai alat kehidupan. Alat-alat
itu ada yang terbuat dari batu, tulang, dan kayu. Alat atau benda-benda
yang terbuat dari batu pada masa bercocok tanam ini masuk dalam zaman
mesolithikum (zaman batu pertengahan) dan neolithikum (zaman batu muda).
Berbeda dengan masa sebelumnya, pada masa bercocok tanam alat-alat yang
dihasilkan sudah
mengalami
perkembangan. Jika pada masa berburu dan mengumpulkan makanan alat yang
dibuat dari batu masih kasar maka pada masa bercocok tanam alat-alatnya
sudah mulai halus. Berikut ini bendabenda yang dihasilkan pada masa
bercocok tanam, antara lain sebagai berikut.
1) Kjokkenmoddinger
Salah satu bukti adanya kehidupan manusia pada pra-aksara adalah ditemukannya kjokkenmoddinger. Kjokkenmoddinger adalah suatu istilah yang berasal dari bahasa Denmark (kjokken= dapur, modding= sampah), secara harpiah diartikan sampah-sampah dapur. kjokkenmoddinger banyak ditemukan di daerah tepi pantai. adanya kjokkenmoddinger menunjukkan telah adanya penduduk pantai yang tinggal dalam rumah-rumah yang bertonggak.
Ditemukannya kjokkenmoddinger menunjukan
manusia pra-aksara hidupnya tergantung dari hasilhasil laut, seperti
siput dan kerang. cara memakan siput itu dengan dipatahkan ujungnya,
kemudian dihisap isi bagian kepalanya. Kulit-kulit siput itu tidak
dimakan dan dibuang.Kulit-kulit siput
dan kerang yang dibuang itu menumpuk selama ratusan atau ribuan tahun
dan menjadi bukit kerang. Bukit-bukit inilah yang dinamakan kjokkenmoddinger. Kjokkenmoddinger banyak ditemukannya di sepanjang pantai Sumatera Timur Laut, antara Aceh, Langsa, dan Medan. Pada kjokkenmoddinger itu ditemukan juga kapak genggam (pebble).
2) Abris Sous Rosche
Abris sous rosche merupakan
gua-gua yang menyerupai ceruk-ceruk di dalam batu karang. Gua tersebut
berfungsi untuk memberikan perlindungan kepada manusia pra-aksara dari
hujan dan panas. Alat-alat yang juga ditemukan di Abris Sous Rosche di antaranya alat-alat dari batu berupa ujung panah dan flakes,
batu-batu penggiling, kapak-kapak yang sudah diasah, alat-alat dari
tulang dan tanduk rusa, dan alatalat dari logam (perunggu dan besi).
Tulang belulang manusia pun ditemukan (jenis Papua-Melanesoide) dan binatang. Abris sous rosche banyak
ditemukan di Gua Lawa dekat Sampung (Ponorogo, Madiun), Bojonegoro, dan
Lamoncong (Sulawesi Selatan). Para peneliti yang mengadakan penelitian
tentang hal ini, yaitu Stein Callenfels di Gua Lawa, van Heekeren di daerah Basuki, dan Fritz Sarasain dan Paul Sarasin di Lamoncong.
3) Gerabah
Gerabah
berasal dari tanah liat yang dibakar. Cara pembuatannya sangat
sederhana, yaitu tanah liat dibentuk dengan menggunakan tangan.
Lama-lama cara pembuatan dengan tangan ini mengalami perkembangan. Tanah
liat di simpan di atas meja yang menggunakan roda. Meja itu diputar
untuk memperoleh bentuk yang lebih baik dan indah. Pada sisi gerabah itu
mulai dihias dengan pola hias dan warna. Salah satu jenis hiasan pada
gerabah ialah hiasan anyaman. Hiasan itu dibuat dengan menempelkan
selembar anyaman atau tenunan pada gerabah yang masih basah. Setelah itu
gerabah dijemur dan selanjutnya dibakar.
4) Kapak Persegi
Alat ini terbuat dari batu api dan ada juga yang dibuat dari chalcedon yang
berbentuk sebuah bidang segi panjang atau berbentuk trapesium.
Pengertian kapak di sini bukan hanya benda kapak saja, tetapi jenis alat
lainnya yang memiliki berbagai ukuran dan berbagai keperluan, yaitu
ukuran yang besar bernama beliung atau pacul, dan ukuran yang kecil
bernama tarah yang berfungsi untuk mengerjakan kayu. Alat-alat tersebut
memiliki tangkai yang diikatkan.
Kemungkinan
pembuatan kapak persegi ini dibuat dalam suatu tempat tertentu, dari
tempat itu kemudian dibawa ke tempat-tempat lain untuk diperjualbelikan.
Hal itu dapat dibuktikan dengankapak persegi yang ditemukan di
tempat-tempat lain yang tidak banyak terdapat sumber batu api. Kapak
persegi banyak ditemukan di beberapa daerah di Indonesia, antara lain di
Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan.
Fungsi dari kapak persegi ini ada yang digunakan untuk bercocok tanam,
pusaka pada upacara-upacara tertentu, dan alat penukaran karena uang
belum dikenal.
5) Kapak Lonjong
Kapak ini
disebut kapak lonjong karena garis penampang memperlihatkan sebuah
bidang yang berbentuk lonjong. Bentuk kapaknya sendiri bundar telor.
Ujungnya yang agak lancip ditempatkan di tangkai dan di ujung lainnya
yang bulat diasah hingga tajam. Ukurannya ada yang berukuran besar dan
kecil. Ukuran yang besar disebut dengan walzeinbeil dan ukuran kecil disebut kleinbeil.
Kebudayaan kapak lonjong disebut pula kebudayaan Neolitihikum Papua,
karena jenis kapak ini banyak ditemukan di Papua (Irian). Selain di
Papua, jenis kapak ini ditemukan pula di daerah lainnya yaitu di Seram,
Gorong, Tanimbar, Leti, Minahasa dan Serawak. Berdasarkan tempat
ditemukannya kapak lonjong ini, dapat disimpulkan bahwa penyebaran alat
ini dari timur, yaitu dari daratan Asia ke Jepang, Formosa, Filipina,
Minahasa terus ke timur.
6) Perhiasan
Manusia purba
pada masa bercocok tanam sudah mengenal hiasan. Bahan yang digunakan
untuk membuat hiasan berasal dari bahan-bahan yang mudah dicari di
sekitar tempat tinggalnya. Bagi yang tinggal di daerah pantai, mereka
membuat hiasan yang berasal dari kulit kerang. Ada pula hiasan yang
terbuat dari terrakota,
yaitu tanah liat yang dibakar seperti membuat gerabah. Sedangkan hiasan
yang dibuat dari bahan batu berupa gelang, kalung dan beliung.
7) Pakaian
Manusia pada
masa bercocok tanam diduga sudah mengenal pakaian. Pakaiannya terbuat
dari kulit kayu dan kulit binatang. Bukti penemuan pakaian pada masa
pra-aksara ditemukan di Kalimantan, Sulawesi Selatan, dan beberapa
tempat lainnya.
- Masa Megalithikum
Selain
alat-alat yang telah disebutkan di atas, masih terdapat benda-benda
lainnya yang dihasilkan, khususnya benda yang ada kaitannya dengan
kepercayaan manusia yang hidup pada masa zaman batu. Kepercayaan
masyarakat pada masa bercocok tanam merupakan perkembangan dari zaman
masa berburu dan mengumpulkan makanan. Pada masa sebelumnya, manusia
purba sudah mengenal kepercayaan yaitu berupa adanya penguburan.
Pada masa
becocok tanam kepercayaan masyarakat ini dibuktikan dengan ditemukannya
bangunan-bangunan batu besar atau disebut megalithikum. Bangunan
megalithikum ini diperkirakan berlangsung sejak zaman bercocok tanam dan
masa perundagian. Adapun bangunan-bangunan batu pada masa megalithikum
antara lain sebagai berikut.
- Menhir berbentuk tiang atau tugu batu tunggal yang didirikan untuk menghormati roh nenek moyang. Menhir banyak ditemukan di berbagai tempat di Indonesia seperti di Sumatra Selatan, Sulawesi Tengah, dan Kalimantan.
- Dolmen adalah meja batu yang berkakikan menhir. Dolmen ini berfungsi sebagai tempat sesaji atau pemujaan kepada roh nenek moyang. Ada pula dolmen yang berfungsi sebagai peti mayat yang didalamnya terdapat tulang belulang manusia, dan ada yang disertai dengan benda-benda lainnya seperti periuk, gigi binatang, dan porselen. Benda-benda ini disertakan sebagai bekal bagi yang meninggal.
- Sarkopagus atau keranda. Bentuknya seperti palung atau lesung, tetapi mempunyai tutup. Sarkopagus seperti juga dolmen yang berfungsi sebagai peti mayat, di dalamnya terdapat tulang belulang manusia bersama bekalnya. Sarkofagus banyak ditemukan di Bali.
- Kubur batu. Kubur batu berfungsi sebagai peti mayat, hanya beda bentuknya. Kubur batu dibuat dari lempengan batu yang disusun menjadi peti. Kubur batu antara lain ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Barat dan Gilimanuk, Bali.
- Punden berundak-undak. Bangunan batu ini tersusun secara bertingkat-tingkat. Biasanya pada punden berundak-undak terdapat menhir. Fungsi bangunan ini sebagai tempat pemujaan. Punden berundak-undak antara lain ditemukan di Lebak Sibedug daerah Banten Selatan.
- Waruga, yaitu kubur batu berbentuk kubus atau bulat, dibuat dari batu yang utuh. Waruga ditemukan di daerah Sulawesi Tengah dan Utara.
- Arca-arca megalit menggambarkan binatang atau manusia. Binatang-binatang yang digambarkan ialah gajah, kerbau, harimau, dan monyet. Arca-arca seperti ini ditemukan antara lain di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Selatan, dan Lampung.
- Masa Perundagian
Ciri utama
zaman ini adalah adanya kemampuan pada masyarakat Indonesia dalam
pengelolaan logam. Barang-barang yang digunakan menggunakan bahan dari
logam. Walaupun sudah mengenal logam, tidak berarti penggunaan
barang-barang dari batu tidak digunakan. Masih banyak masyarakat pada
zaman ini menggunakan alat-alat dari batu. Bahan logam persediaannya
masih terbatas. Dengan keterbatasan ini, hanya orang-orang tertentu saja
yang menggunakan logam. Butuh keahlian tertentu untuk mengolah logam.
Terbatasnya
penggunaan bahan dari logam, menunjukkan terbentuknya suatu lapisan
sosial. Ada kelompok tertentu yang mampu memiliki bahan dari logam.
Karena bahan dan keahlian membuat logam sangat terbatas, maka untuk
memperoleh barang logam tersebut orang harus membelinya. Besar
kemungkinan pada masa perundagian ini orang sudah melakukan perdagangan
bahan logam. Dengan perdagangan barang dari logam ini masyarakat sudah
mulai berinteraksi dengan dunia luar. Barang-barang yang dihasilkan pada
masa perundagian ini dengan cara dicetak.
Proses pembuatan logam dilakukan dengan dua cara, yaitu pertama yang disebut teknik bivolve.
Dalam teknik yang pertama, yaitu dengan cara menggunakan
cetakan-cetakan batu yang dapat dipergunakan berulang kali. Cetakan
terdiri atas dua bagian yang diikat. Ke dalam rongga dalam cetakan
dituangkan bijih besi yang sudah cair. Kemudian cetakan itu dibuka
setelah logamnya mengering.
Cara kedua yaitu teknik a cire perdue.
Proses pencetakan cara ini yaitu dengan membuat model benda dari lilin.
Model benda dari lilin ini kemudian ditutup dengan tanah liat sampai
tidak terlihat bentuknya. Setelah tertutup seluruhnya dengan menyisakan
lubang kecil di ujungnya, tanah liat itu dibakar. Lilin akan mencair dan
keluar dari lubang yang telah dibuat. Karena lilin mencair, tanah liat
itu berongga. Bentuk rongga itu akan sama persis dengan bentuk lilin
yang telah cair. Tanah liat yang berongga kemudian diisi dengan cairan
logam melalui lobang kecil. Setelah cairan logam dingin, cetakan tanah
liat dipecah. Keluarlah bentuk benda mirip dengan model benda yang
terbuat dari lilin tadi. Benda-benda yang dihasilkan dari perunggu
adalah sebagai berikut.
Nekara adalah
semacam berumbung dari perunggu yang berpinggang di bagian tengahnya dan
sisi atapnya tertutup. Benda ini memiliki nilai seni yang tinggi,
terdapat pola hias yang beraneka ragam. Pola hiasnya yaitu pola
binatang, geometrik, gambar burung, gambar gajah, gambar ikan laut,
gambar kijang, gambar harimau dan juga gambar manusia. Ada juga nekara
yang tidak diberi hiasan. Di Indonesia banyak sekali ditemukan Nekara.
Pada beberapa tempat, nekara dianggap sebagai barang suci, misalnya
nekara yang ditemukan di Bali, Sumatera, Jawa, Pulau Sangean dekat
Sumbawa, Roti, Leti, Selayar, Kepulauan Kei, dan Alor.
Di Alor banyak
ditemukan nekara dengan bentuk kecil tapi memanjang. Nekara ini disebut
moko. Penemuan nekara dapat menunjukkan adanya hubungan antar wilayah
di Indonesia dan hubungan dengan dunia luar. Nekara dari Selayar dan
Kepulauan Kei dihiasi gambar-gambar binatang seperti gajah, merak, dan
harimau. Gambar-gambar itu merupakan binatang yang tidak ada di wilayah
Indonesia bagian timur. Hal itu menunjukkan bahwa nekara itu berasal
dari daerah Indonesia bagian barat atau dari benua Asia.
Di Sangean
terdapat nekara yang bergambar orang menunggang kuda beserta
pengiringnya yang memakai pakaian orang Tartar. Gambar ini memberi
petunjuk bahwa telah terjadi hubungan bangsa Indonesia pada saat itu
dengan Cina. Jadi sejak zaman peringgu sudah ada hubungan langsung
dengan Cina.
1)Kapak Corong.
Kapak ini
terbuat dari logam, bentuknya yaitu bagian atasnya berbentuk corong yang
sembirnya belah, sedangkan ke dalam corong itulah dimasukan tangkai
kayunya yang menyiku pada bidang kapak. Sering pula disebut dengan kapak
sepatu karena hampir mirip dengan sepatu bentuknya. Di beberapa tempat
di Indonesia ditemukan kapak corong, seperti di Sumatera Selatan, Jawa,
Bali, Sulawesi Tengah dan Selatan, Pulau Selayar, dan Irian dekat danau
Sentani.
Ukuran kapak
corong beragam, ada yang kecil dan sangat sederhana, ada yang besar
memakai hiasan, ada yang pendek lebar, ada yang bulat, dan ada pula yang
panjang satu sisinya. Kapak corong yang panjang satu sisinya disebut
candrasa. Kegunaan kapak ini tidak semuanya digunakan sebagai alat
sebagaimana layaknya kegunaan kapak, ada juga yang berfungsi sebagai
alat upacara dan hiasan.
Bejana
perunggu adalah sebuah banda yang bentuknya mirip seperti gitar Spanyol
tetapi tanpa tangkai. Ditemukan di daerah Madura dan Sumatera. Pola
hiasan benda ini berupa pola hias anyaman dan huruf L.
2)Arca-arca Perunggu.
Seni
menuangkan cairan logam untuk membuat arca sudah berkembang pada masa
ini. Bentuk patungnya beragam, ada bentuk manusia dan binatang. Bentuk
manusia ada yang sedang menari, berdiri, naik kuda dan sedang memegang
panah. Sedangkan bentuk binatang berupa arca kerbau yang sedang
berbaring, kudang sedang berdiri, dan kuda dengan pelana. Arca-arca
tersebut ditemukan di Bangkinang, Lumajang, Palembang, dan Bogor.
Perhiasan yang
dibuat pada masa ini berupa gelang tangan, gelang kaki, cincin, kalung
dan bandul kalung. Benda-benda tersebut pada umunya tidak diberi pola
hias. Ada beberapa yang diberi pola hias, seperti cincin atau gelang
yang diberi pola hias geometrik. Ada pula cincin yang sangat kecil yang
tidak bisa dimasukan ke dalam jari anak-anak. Cincin ini mungkin
berfungsi sebagai alat tukar. Tempat-tempat ditemukannya benda-benda
perhiasan, antara lain di Bogor, Malang, dan Bali.
0 komentar:
Posting Komentar