Minggu, 05 Mei 2019

MATERI SEJARAH WAJIB BAB 3 SEM 2 PERKEMBANGAN AGAMA DAN KEBUDAYAAN HINDU-BUDDHA DI INDONESIA

PERKEMBANGAN AGAMA DAN KEBUDAYAAN HINDU-BUDDHA DI INDONESIA

stupa-candi-borobudur


TEORI TENTANG PROSES MASUKNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN HINDU KE INDONESIA

1. Teori Brahmana
• Tokoh: J. C. Van Leur
• Agama Hindu masuk ke Nusantara di bawa oleh pendeta, alasannya:
a. Prasasti-prasasti peninggalan kerajaan Hindu dan Buddha di Nusantara berbahasa sansekerta dan huruf pallawa. Di India, bahasa sansekerta dan huruf pallawa adalah bahasa kelas tinggi dan hanya digunakan dalam kitab suci Weda dan upacara keagamaan. Hanya golongan Brahmana yang dapat berbahasa sansekerta dan menulis huruf pallawa. Mereka juga memegang kekuasaan tertinggi. Hal tersebut menyebabkan hanya golongan Brahmana yang paling tahu dan paham mengenai ajaran agama Hindu. Pada akhirnya seperti praktik monopoli agama, hanya golongan Brahmana yang berhak dan mampu menyiarkan agama Hindu.
b. Para Brahmana datang dari India ke Nusantara atas undangan pemimpin di Nusantara untuk mengadakan upacara penobatan dan mensyahkan kedudukan menjadi Raja sehingga setaraf dengan raja-raja di India. Dari sinilah mulai muncul istilah kerajaan. Upacara penobatan dilakukan secara Hindu maka sudah pasti rajanya akan beragama Hindu. Jika rajanya beragama Hindu maka rakyatnyapun akan mengikuti rajanya. Ketika menobatkan raja golongan Brahmana pasti membawa kitab Weda ke Nusantara. Sebelum kembali ke India mereka meninggalkan kitab Weda sebagai hadiah untuk raja. Kitab tersebut selanjutnya akan dipelajari oleh raja dan digunakan untuk menyebarkan agama Hindu di Nusantara. Selanjutnya hubungan antara raja dan golonga Brahmana tersebut dimanfaatkan oleh raja untuk meminta Brahmana mengajar di lingkungan istananya. Mulai saat itulah agama dan budaya India dapat berkembang di Nusantara. Perkembangan selanjutnya pemimpin daerah lain di Nusantara tertarik mengundang golongan Brahmana untuk datang dan mengajarkan agama dan budaya India kepada rakyatnya.
c. Terdapat koloni India di Malaysia dan pantai Timur Sumatera yang banyak ditempati oleh orang-orang Keeling dari India Selatan yang memerlukan kaum Brahmana untuk upacara agama (perkawinan dan kematian).
 Kelemahan Teori Brahmana
a. Benar adanya bahwa hanya golongan Brahmana yang dapat membaca dan menguasai Weda, tetapi menurut ajaran Hindu Kuno seorang Brahmana dilarang keluar dari negerinya karena mereka pantang menyebrangi lautan dan meninggalkan tanah airnya. Jika ia melakukan hal tersebut maka ia akan kehilangan hak akan kastanya. Jadi,hal yang tidak wajar mendatangkan golongan Brahmana ke Nusantara.
b. Mempelajari bahasa Sansekerta merupakan hal yang sangat sulit, sehingga tidak mungkin dilakukan oleh raja-raja di Nusantara yang telah mendapat kitab Weda untuk mengetahui isinya bahkan menyebarkan pada yang lain. Sekaliun raja di Nusantara telah mendapatkan kitab Weda, mereka pasti tetap memerlukan bimbingan golongan Brahmana.
2. Teori Ksatria
• Tokoh: F. D K. Bosch, Majumdar, Moekerji, dan Nehru.
• Agama Hindu masuk ke Nusantara di bawa oleh prajurit yang mengedakan perluasan wialyah, sehingga teori ini sering disebut teori kalonisasi, alasannya:
a. Menurut F.D.K Bosch, pada masa lampau di India sering terjadi perang antar golongan. Para prajurit yang kalah atau jenuh menghadapai perang antar golongan akhirnya meninggalkan India dan menyebar keberbagai wilayah dunia hingga Nusantara. Mereka inilah yang kemudian berusaha mendirikan koloni-koloni baru sebagai tempat tinggalnya.
b. Menurut C.C Berg bahwa ksatria ini ada yang terlibat konflik dalam masalah perebutan kekuasaan di Nusantara. Mereka dijanjikan akan diberi hadiah apabila menang, yaitu dinikahkan dengan seorang putri kepala suku yang dibantunya.
c. Menurut Mookerji bahwa para ksatria ini membangun koloni-koloni yang akhirnya berkembang menjadi kerajaan dan menjalin hubungan dengan kerajaan India.
• Kelemahan Teori Ksatria
a. Semangat berpetualangan dan menaklukan daerah lain, pada saat itu umumnya dimiliki oleh keluarga kerajaan.
b. Tidak ada prasasti atau bukti lain baik itu di India maupun di Nusantara yang menandakan telah terjadi kolonisasi oleh para ksatria Hindu yang berasal dari India.
c. Para ksatria tidak menguasai bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa.
3. Teori Waisya
• Tokoh: N.J Kroom
• Agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang, alasannya:
a. Sekitar 500 SM-1M para pedagang India diperkirakan singgah dan menyebarkan agama Hindu di Nusantara, karena Nusantara merupakan jalur perdagangan antara India dan Cina.
b. N.J. Krom berpendapat bahwa para pedagang India telah melakukan perkawinan dengan penduduk pribumi dan melalui perkawinan tersebut mereka mengembangkan kebudayaan India (Abdullah dan Lapian [ed], 2011:37). Hubungan perdagangan ini diikuti dengan hubungan kebudayaan seperti, agama, sistem pemerintahan, sosial dan budaya sehingga terjadi percampuran kebudayaan di antara dua negara tersebut.
c. Sumber daya alam di Nusantara membuat golongan Waisya tertarik untuk melakukan jual beli. Selain itu, kebanyakan pedagang asing yang datang ke Nusantara berasal dari India. Orang India yang datang kemungkinan besar adalah golongan Waisya. Ketika berdagang mereka juga menyebarkan ajaran Hindu dan Buddha, karena India merupakan pusat agama Hindu.
• Kelemahan Teori Waisya
a. Jika para pedagang yang berperan terhadap penyebaran kebudayaan, maka pusat-pusat kebudayaan semestinya hanya terdapat di wilayah perdagangan saja, seperti di pelabuhan atau pusat kota yang ada di dekatnya. Kenyataanya, pengaruh kebudayaan Hindu ini banyak terdapat di wilayah pedalaman, seperti di buktikan dengan adanya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu di pedalaman Jawa.
b. Para pedagang yang termasuk dalam kasta Waisya tidak mengausai bahasa Sansekerta dan huruf pallawa yang umumnya hanya dikuasai oleh kasta Brahmana.
4. Teori Sudra
• Tokoh: Van Faber.
a. Agama Hindu dibawa oleh kaum Sudra (rakyat jelata) yang datang ke Nusantara dengan tujuan mengubah kehidupan mereka karena di India mereka hanya hidup sebagai pekerja kasar.
• Kelemahan teori Sudra:
a. Golongan Sudra umumnya tidak memiliki ilmu pengetahuan/pendidikan
b. Tidak menguasai bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa
c. Biasanya jika ada budak maka ada tuannya, maka jika pastilah ada kasta yang lebih tinggi dari sudra yang membawa golongan Sudra ke Nusantara.
5. Teori Arus Balik
• Tokoh: F.D.K Bosch
• Teori ini mengemukakan bahwa yang pertama kali datang ke Nusantara adalah mereka yang memiliki semangat untuk menyebarkan agama dan kebudayaan India, yaitu para pelajar yang ikut menumpang kapal-kapal dagang. Setelah tiba di Nusantara mereka menyebarkan agamannya. Hal tersebut menyebabkan orang lain tertarik untuk mengikuti ajarannya hingga akhirnya banyak orang Nusantara sendiri yang pergi ke India untuk berkunjung dan belajar India. Selain itu, ada juga beberapa dari mereka yang sengaja dikirim oleh Raja di Nusantara untuk belajar ke India. Teori ini memiliki beberapa alas an, diantaranya:
a. Hal ini tercatat dalam Prasasti Nalanda yang ditemukan di India. Isinya menyebutkan bahwa Balaputradewa (Raja Sriwijaya) telah meminta kepada raja di India untuk membangun wihara di Nalanda sebagai tempat untuk menimba ilmu para tokoh dari Sriwijaya. Permintaan raja Sriwijaya itu ternyata dikabulkan. Dengan demikian, setelah para tokoh atu pelajar itu menuntut ilmu disana, mereka kembali ke Nusantara.
b. Ada kemungkinan putra para bangsawan di Nusantara pergi ke india untuk belajar agama dan kebudayaan Kebudayaan India, tujuannya agar dengan ilmu yang mereka dapat dari India, para bangsawan bisa membuat kekuasaan di Nusantara dengan mencontoh kebudayaan-kebudayaan India.
• Kelemahan Teori Arus Balik ini hanya suatu pandangan bahwa tidak mungkin jika orang Nusantara pergi belajar ke India untuk menuntut ilmu agama dan Kebudayaan India, kemudian kembali lagi ke Nusantara untuk meyebarkannya. Hal disebabkan karena saat itu masyarakat Nusantara masih bersifat pasif.
Nilai dan Unsur Budaya yang Berkembang pada Masa Kerajaan Hindu dan Buddha yang Masih Berkelanjutan dalam Kehidupan Bbangsa Indonesia pada Masa Kini
A. Agama
Kepercayaan paling awal masyarakat Nusantara yang diketahui sampai saat ini adalah animisme dan dinamisme. Masyarakat Indonesia mulai menerima kepercayaan Hindu Buddha sejak berinteraksi dengan orang-orang India. Setelah masuknya kedua agama ini, kepercayaan anismisme dan dinamisme tidak ditinggalkan begitu saja tetapi telah terjadi akulturasi di antara keduanya. Kepercayaan Hindu-Budha membawa perubahan pada kehidupan keagamaan misalnya dalam hal tata krama, upacara-upacara pemujaan, dan bentuk tempat peribadatan.
B. Politik & Pemerintahan
Sebelum masuknya pengaruh agama Hindu Buddha corak pemerintahan di Nusantara terdiri dari kelompok-kelompok yang dipimpin oleh seorang kepala suku. Ia dipilih berdasarkan keunggulan fisik dan spiritualnya, sehingga siapa yang kuat dia yang berkuasa. Ketika orang-orang India datang sistem pemerintahan berubaha menjadi kerajaan bercorak Hindu-Buddha, kepala suku pun digantikan oleh seorang raja. Pada saat itu diperkirakan bahwa raja pertama suatu kerajaan adalah kepala suku terkuat yang mempunyai pengaruh besar dan mendapat legitimasi dari Brahmana yang datang ke Nusantara.
Hal ini didasarkan pada sumber kerajaan Kutai yaitu Yupa yang menyebut sebuah upacara Vratyastoma. Peran raja semakin menguat saat muncul anggapan bahwa raja merupakan keturunan dari dewa yang memiliki kekuatan, suci. Sejak saat itu, kedudukan raja tidak lagi dipilih tetappi diwariskan secara turun temurun.
Awalnya masyarakat Nusantara tidak mengenal adanya tingkatan masyarakat, namun mereka sudah memiliki hierarki sosial atau tingkatan masyarakat secara sosial namun tidak spesifik. Setelah masuknya kebudayaan India ke Nusantara dikenalah sistem kasta yang merupakan system pembagian masyarakat berdasarkan kedudukan dalam masyarakat. Dalam agama Hindu dikenal empat kasta, yaitu:
  1. Kasta Brahmana adalah golongan paling atas yang mengabdikan dirinya dalam urusan bidang spiritual.
  2. Kasta Ksatria adalah golongan tingkat kedua yang terdiri dari para kepala dan anggota lembaga pemerintahan. Pada umumnya golongan ini disebut sebagai prajurit.
  3. Kasta Waisya adalah golongan tingkat ketiga seperti petani, nelayan, pedagang, dan lain-lain. Pada umumnya golongan ini disebut sebagai pedagang.
  4. Kasta Sudra adalah golongan tingkat keempat yang merupakan pelayan bagi ketiga kasta di atasnya.
Di luar empat kasta tersebut, ada beberapa golongan lain yaitu:
  1. Kaum Paria, golongan orang rendahan yang tugasnya melayani para Brahmana dan Ksatria.
  2. Kaum Candala, golongan orang yang berasal dari perkawinan antar warna, bangsa asing.
Dalam agama Buddha hanya terdapat golongan biksu atau biksuni (agamawan), upasaka atau upasika (golongan masyarakat kebanyan). Pembagian golongan bukan tingkatan sosial masyarakat seperti dalam agama Hindu.
C. Seni Bangunan
Seni bangunan Nusantara paling tua yang diketahui hingga saat ini adalah punden berundak. Orang India sendiri membawa tradisi pembuatan candi. Walaupun candi merupakan pengaruh dari India, namun dalam arsitekturnya merupakan perpaduan dengan arsitektur megalitikum berupa punden berundak. Hal ini dapat dilihat dari bangunan candi yang berundak-undak, seperti Candi Borobudur. Terdapat sebuah kitab pedoman yang secara khusus memuat informasi mengenai candi, yaitu kitab Silpasastra. Candi yang ada di Nusantara dibangun dengan memenuhi pedoman dari Silpasastra dan menggabungkan unsur Nusantara. Jenis candi yang ada di Nusantara ada dua, yaitu candi Hindu dan candi Buddha. Baik candi maupun bangunan Hindu Budha yang lain, memiliki perbedan yaitu:
HINDU
ASPEK
BUDHA
Candi makam atau tempat memakamkan abu jenazah raja.
Fungsi
Tempat pemujaan dewa.
Bawah candi: Bhurloka (melambangkan dunia fana).
Tengah candi: Bhurvaloka (melambangkan dunia pembersih atau pemurnian).
Atap candi: Svarloka (melambangkan dunia para dewa).
Bagian
Dasar candi: Kamadhatu (melambangkan kehidupan manusia yang penuh dosa). Tengah candi: Rupadhatu (melambangkan kehidupan manusia yang hanya mementingkan nafsu).
Atas candi: Arupdhatu (melambangkan manusia telah mencapai nirwana
Terdapat ratna.
Puncak
Terdapat stupa.
Arca Trimurti
Arca
Arca Buddha.
Candi Prambanan, Candi Gedong Songo, Candi Sewu, Candi Arjuna, dan Candi Tikus.
Contoh
Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Muara Takus, Candi Sari, Candi Muara Bahal,dan Candi Ngawen.
Candi Borobudur yang menceritakan kisah sang Budha dan suasana alam Indonesia.
Relief
Candi Prambanan menceritakan kisah Ramayana.
Selain seni bangunan ada juga patung Buddha berlanggam Gandara yang ditemukan di Bangun, Kutai Kertanegara-Kalimantan Timur dan berlanggam Amarawati yang ditemukan di Sikendeng, Sulawesi.
D. Pendidikan & Bahasa
Kedatangan India ke Nusantara membawa sistem pendidikan. Awalnya mereka datang untuk memberikan pendidikan mengenai agama kepada masyarakat Indonesia. Para pendeta dari India kemudian mendirikan tempat pendidikan yang disebut pasraman untuk berabagi ilmu agama dan pengetahuan. Perkembangan selanjutnya banyak lulusan terpelajar dari pasraman tersebut yang kemudian menyebar hingga ke India untuk memperdalam agama Kebudayaan India. Pulang dari India mereka menyebarkan agama Hindu Budha.
Pada awalnya masyarakat Nusantara belum mengenal budaya aksara atau tulis, walaupun dipercaya sudah ada bahasa yang asli yang digunakan masyarakat Nusantara. Pengenalan huruf pertama kali dibawa bangsa India dengan Huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Hal ini dapat diketahu dari peninggalan kerajaan di Nusantara yang meninggalkan beberapa prasasti yang sebagian besar berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta, contohnya Yupa dan Prasasti Tugu.
Ada juga karya sastra terkenal dengan menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta yang mereka bawa adalah kitab Ramayana dan Mahabharata. Kitab tersebut memacu para pujangga Indonesia untuk menghasilkan karya sendiri karya sastra tersebut bercorak tradisional dan bersifat istana sentris (terbatas pada kalangan istana saja). Karya tersebut diantaranya adalah:
  1. Arjunawiwaha, karya Mpu Kanwa yang disusun pada masa politik Airlangga.
  2. Bharatayudha, karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh disusun pada masa Kerajaan Kediri.
  3. Gatotkacasraya, karya Mpu Panuluh disusun pada masa kerajaan Kediri.
  4. Arjuna Wijaya, karya Mpu Tantular yang disusun pada masa kerajaan Majapahit.
  5. Sutasoma, karya Mpu Tantular yang disusun pada masa kerajaan Majapahit.
  6. Negarakertagama, karya Mpu Prapanca disusun pada masa kerajaan Majapahit.
  7. Wretta Sancaya dan Lubdhaka, karya Mpu Tanakung yang disusun pada masa kerajaan Majapahit.

E. Kalender
Sistem penanggalan dalam agama Hindu dikenal dengan tahun Saka yang dimulai pada tahun 78 Masehi. Di Indonesia terutama di Jawa dan Bali, tahun Saka tersebut berakulturasi dengan sistem penanggalan lokal.
Selain tahun Saka dikenal juga Candrasengkala atau angka tahun yang disimbolkan dengan kata-kata, gambar-gambar atau benda. Contohnya “Sirna Ilang Kertaning Bumi” tahun keruntuhan Kerajaan Majapahit. Sirna= 0, Ilang= 0, Kertaning = 4, Bumi= 1. Angka tersebut harus dibaca dari belakang menjadi 1400 Saka. Candrasangkala berupa gambar atau benda contohnya gambar bulus di dalam mihrab Masjid Agung Demak, peninggalan Islam yang menggunakan tahun Saka ini dibaca melalui bagian-bagian penting bentuknya. Gambar bulus terdiri atas kepala yang berarti angka 1, 4 kaki berarti angka 4, badan bulus berarti angka 0, dan ekor bulus berarti angka 1. Berdasarkan simbol ini diperkirakan Masjid Agung Demak berdiri pada tahun 1401 Saka.

0 komentar:

Posting Komentar