KRITIK TEATER
Pengertian
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2008, kritik diartikan sebagai kecaman, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat dan sebagainya. Berdasarkan pengertian diatas maka kritik teater adalah pertimbangan baik buruk terhadap kemampuan seseorang dalam menampilkan suatu karya teater. Dengan kata lain kritik teater dalam pertunjukkan teater memperlihatkan objektivitas unsur-unsur teater seperti tata pentas, rias, musikalisasi, dan tidak kalah pentingnya adalah teknik pemeranan para pemainnya.
Jika
diartikan secara umum boleh dikatakan kritik teater merupakan ulasan,
tanggapan, penilaian, penghargaan terhadap objek yang dikritik yakni
karya seni teater. Ulasan atapun tanggapan harus memiliki dasar atau
argumentasi yang mantap sehingga hasil tanggapan tersebut dapat objektif
dan dipertanggungjawabkan. Karya teater yang akan diapresiasi bisa
secara langsung disaksikan di gedung pertunjukkan atau tidak langsung
melalui rekaman video,siaran ulang atau internet
Jenis Kritik
Menurut Feldman (1967) ada beberapa tipe kritik karya seni yaitu :
1. Kritik Populer (popular criticism),
adalah kritik yang ditujukan untuk kalangan umum dengan menggunakan
gaya bahasa dan istilah yang sederhana dan dipahami oleh orang awam. Pada
dasarnya implikasi kritik seni popular ditulis oleh sebagian besar
penulis yang tidak menuntut keahlian kritis. Masyarakat akan terus
membuat penilaian kritis, tanpa mempertimbangkan apakah penilaian yang
mereka lakukan tepat atau tidak.
Jenis
kritik ini berkembang diseluruh dunia, termasuk Indonesia. Tipe kritik
popular adalah suatu gejala umum dan kebanyakan dihasilkan oleh para
kritikus yang tidak ahli, terutama dilihat dari aspek profesionalisme
kritisme seni.
2. Kritik Jurnalistik (journalistic criticism), tipe
kritik ini ditulis untuk para pembaca surat kabar dan majalah.
Tujuannya memberikan informasi tentang berbagai peristiwa dalam dunia
kesenian. Isi dari kritik Jurnalistik berupa ulasan ringkasan dan jelas
mengenai suatu pameran, pementasan, konser, atau jenis pertunjukan seni
lain di tengah mesyarakat. Karakteristik utama kritik Jurnalistik adalah
aspek pemberitahuan.
Kewajiban
seorang kritikus jurnalistik adalah memuaskan rasa ingin tahu para
pembaca yang beragam, di samping untuk menyampaikan fenomena
keindahanyang menggugah rasa keindahan. Pada umumnya kritikus
menghindari penulisan yang panjang, agar tidak menyita kolom pemberitaan
secaraberlebihan. Majalah Time dan Tempo di Indonesia merupakan contoh
media yang menerapkan tipe kritik jurnalistik dalam rubric kesenian
mereka.
Karena
seringnya kritik tipe ini ditulis dan waktu penulisan yang terbatas,
maka informasi yang disampaikan memiliki resiko tidak akurat. Penarikan
kesimpulan yang cepat dan analisis yang dangkal menyebabkan kritikus
cenderung menyimpulkan interpretasi seninya, tanpa analisis dan
pembuktian yang valid. Bagi seseorang yang cermat mengamati tipe kritik
jurnalistik, akan menyadari pengetahuan atau pemahaman kritikus hanya
berisi sekumpulan opini tentang reputasi seni kontemporer yang sedang
berkembang.
3. Kritik Keilmuan (scholarly criticism), Kritik
ilmiah atau kritik akademi adalah istilah yang digunakan di Indonesia
sebagai alih bahasa dari scholary criticism sebagaimana disebutkan oleh
Feldman. Kritik ilmiah biasanya melakukan pengkajian nilai seni secara
luas, mendalam, dan sistematis, baik dalam menganalisis maupun dalam
melakukan kaji banding kesejarahan critical judgment.
Penilaian
kritik ilmiah sesungguhnya tidak bersifat mutlak, sama seperti
pengetahuan lmiah lainnya, jenis kritik ini bersifat terbuka dan siap
dikoreksi oleh siapa saja, demi penyempurnaan dan mencari nilai karya
seni yang sebenarnya. Kritik seni ilmiah sama sekali tidak bermaksud
mengilmiahkan seni, jenis kritik ini hanya meminjam sarana ilmiah untuk
melakukan penilaian seni yang lebih akurat. Misalnya, menggunakan
prosedur penelitian untuk mengumpulkan data yang lengkap, sebagai bukti
konkret untuk melakukan penilaian yang logis, sehingga kesimpulan kritik
yang dihasilkan dapat mengungkap makna seni berdasarkan bukti-bukti
yang dikemukakan.
4. Kritik Pendidikan (pedagogical criticism), Kritik
seni pedagogic diterapkan dalam kegiatan proses belajar mengajar di
lembaga pendidikan kesenian. Jenis kritik ini dikembangkan oleh para
dosen dan guru kesenian, tujuannya terutama mengembangkan bakat dan
potensi artistic-estetik peserta didik, agar memiliki kemampuan
mengenali bakat dan potensinya.
Para
pendidik seharusnya memahami standar nilai dunia seni professional dan
mampu berperan sebagai seorang kritikus, meskipun standar dunia seni
profesional tersebut tidak digunakan sebagai kriteria untuk menilai
karya peserta didiknya. Satu hal yang sulit bagi seorang pendidik seni
ialah keterlibatan kapasitas kritisnya dalam proses pengajaran. Dia
harus sadar bahwa kegiatan menganalisis dan menafsirkan karya murid-muridnya adalah
untuk kemajuan dan kepentingan peserta didik itu sendiri. Kritikus
pedagogik membimbing bagaimana proses menganalisis dan menafsirkan nilai
seni dan memahami karakter seni yang dibuatnya.
Sejak
karya seni memiliki implikasi sosial (seni dibuat untuk orang lain,
untuk dimiliki, dipakai, atau dikagumi, maupun untuk dinikmati sendiri)
maka para pendidik seni wajib merespon secara kritis peserta didiknya,
mulai dari proses pembuatan karya seni sampai menyelesaikannya. Pada
system pendidikan tradisional, penentuan selesainya sebuah karya
ditentukan oleh dosen atau guru seni. Namun dalam system pendidikan
modern penentuan selesainya sebuah karya seni merupakan hasil kerja sama
antara guru seni dan muridnya.
Jika dilihat dari fungsinya maka menurut Saini, kritik dapat dibedakan menjadi ;
1. Kritik
Konstruktif yaitu kritik yang dilakukan oleh kritikus teater berisi
ulasan dan tanggapan tentang karya teater akan tetapi memiliki
kecenderungan untuk tidak menjatuhkan senimannya atau membingungkan
pembacanya. Jenis kritik ini bertujuan agar sang seniman mampu
meningkatkan kualitas karyanya sehingga kritik ini bersifat positif dan
membangun
2. Kritik
Destruktif yaitu kritik yang dilakukan kritikus teater berisi ulasan
dan tanggapan tajam tentang karya teater dengan kecenderungan pesimis
dan negatif, kadangkala menjatuhkan semangat sang seniman.
Alat Kritik Seni
Tidak
setiap orang mampu melakukan kritik terhadap suatu karya seni
teater.Hanya orang-orang yang memiliki kemampuan dan konsisten di
bidangnyalah yang bisa membuat kritikan secara objektif.
Menurut
H.B Jassin, untuk menjadi seorang kritikus apalagi kritikus seni harus
memiliki kemampuan dan pengetahuan khusus, antara lain berbakat seniman,
berjiwa seniman, berjiwa besar, serta berpengalaman. Seorang kritikus
dalam melakukan tugasnya selalu menggunakan kepekaan untuk mengetahui,
menemukan, memaparkan, menjelaskan dan memahami karya teater.
Tidak berbeda
dengan H.B Jassin, Berry Andhika juga mensyaratkan hal-hal tertentu
dalam mengkritik hasil karya seni. Menurutnya,tingkat
kepakaran seorang kritikus menurut keahlian dan persyaratan tersendiri,
sehingga bobot penilaian yang dilakukannya cukup meyakinkan bagi para
pembaca. Bekal atau
perlengkapan yang harus dimiliki kritikus seni sehingga penilaiannya
berbeda dengan orang kebanyakan, sebagai berikut:
1. Seorang
kritikus harus mempunyai cita rasa seni yang terbuka, artinya mempunyai
kapasitas mengahargai kreativitas artistic yang sangat beragam.
Mengapresiasikan dengan baik karaya seni yang eksis di berbagai tempat dan zaman.
2. Seorang kritikus memerlukan studi formal di lembaga tinggi kesenian, khususnya tentang sejarah kesenian dan sejarah kebudayaan.
3. Seorang
kritikus harus berpengalaman mengamati dan menghayati seni secara
orisinal, baik di studio, gedung pertunjukan, sanggar, maupun di museum.
Pengalaman otentik ini diperlukan, sebab sukar dan mustahil mendapat
pengalaman otentik dari slide, buku atau reproduksi karya seni belaka.
4. Seorang
kritikus harus mampu secara imajinatif merekapitulasi faktor teknik
karya seni, sehingga mengetahui bagaimana proses pembuatan karya yang
menjadi objek kritiknya.
5. Seorang
kritikus perlu mengetahui benar peristilahan seni, style seni, fungsi
seni, opini penting para seniman dan pakar estetika secara periodic,
disamping memahami konteks sosial dan kebudayaan yang melatar belakangi
kreasi seorang seniman.
6. Seorang
kritikus harus paham betul pebedaan antara niat artistic dengan hasil
atau penyampaian artistic, sehingga dia mampu meluhat senjangan antar
keduanya. Niat, amanat, pernyataan, atau nilai yang ingin dekspresikan
seniman tidak selalu persis terungkap dalam hasil kreasi seninya.
7. Seorang
kritikus harus mampu melawan bias atau simpati terhadap karya seniman
tersebut yang dikenalnya secara pribadi. Sebaliknya, mampu pula secara
ojektif dan penuh kearifan mengakuo keunggulan seorang seniman, meskipun
seniman tersebut berbeda pendapat. Dengan kata lain perbedaan pendapat
tidak mempengaruhi penilaian objektif seorang kritikus.
8. Seorang
kritikus harus harus memiliki kesadaran kritis. Hal ini berkaitan
dengan karya seni yang berbeda itu. Sikap netral dan demokratis adalah
basis kearifan penilaina seni.
9. Seorang
kritikus seni profesional harus memiliki temperamen judisial, dalam
praktiknya ini berarti kemampuan menilai seni dengan cara yang tidak
tergesa-gesa. Aktivitas menilai seni memerlukan bukti dan kesaksian
akurat. Diperlukan waktu untuk mencerap berbagai kesan, asosiasi,
sensasi, yang diberikan karya seni. Hal ini diperlukan agar kritikus
dapat secara hati-hati dan cermat menganalisis dan manafsirkan nilai
kerya seni dengan bujaksana dan cerdas.
Tujuan Kritik Teater
Tujuan kritik seni teater adalah evaluasi seni teater, apresiasi seni teater,
dan pengembangan seni ke taraf yang lebih kreatif dan inovatif. Bagi
masyarakat kritik seni berfungsi untuk memperluas wawasan seni terutama seni teater.
Bagi seniman kritik tampil sebagai ‘cambuk’ kreativitas. Suatu ketika
kritik seni berperan memperkenalkan karakteristik seni baru. Kebangkitan
seni modern, misalnya, sukar dipisahkan dari aktivitas kritik.
Dalam
eksistensi kritik seni seperti yang diuraikan di atas, tampak peran
kritik sangat vital menentukan perkembangan seni ditengah masyarakat, terutama untuk kritik karya teater.
Unsur-Unsur Kritik Teater
Untuk
lebih memahami mengenai kritik dalam teater, disini akan disebutkan
unsur-unsur yang membangun sebuah kritik teater. Setidaknya ada 3 unsur
dalam kritik teater, yaitu;
1. Kreator Teater yaitu seniman pembuat teater dalam hal ini adalah sutradara
2. Karya Seni yaitu bentuk, wujud karyanya atau pertunjukkannya sendiri
3. Pembaca, apresiator, atau penikmat seni
Langkah-Langkah Menulis Kritik Teater
Menurut
Feldman (1967:469) dalam teori kritik seni dikenal empat tahap
meliputi; deskripsi, analisis, interpretasi, dan evaluasi.
1. Deskripsi
Deskripsi
adalah suatu proses pengumpulan data karya seni yang tersaji langsung
kepada pengamat. Dalam mendeskripsikan karya seni, kritikus dituntut
menyajikan keterangan secara objektif yang bersumber pada fakta yang
terdapat dalam karya seni. Kritikus teater akan menguraikan unsur-unsur yang membangun karya tersebut dan menguraikan proses pembuatan karya tersebut.
Seorang
kritikus teater dan film akan menguraikan sinopsis, termasuk aspek
tokoh, akting, dialog, dan penampilan aktor/aktris utama dan pemeran
pembantu dalam sebuah pementasan teater atau pertunjukan film yang
menjadi objek kritik.
Data
ini diperlukan karena sifatnya bisa mempengaruhi persepsi kritikus
dalam hal pemahaman dan penilaian kritisnya nanti. Dalam pembuatan
deskripsi perlu dihindari interpretasi terhadap karya seni, kesan
pribadi kritikus ketika mengamati karya seni bukan termasuk bagian dari
deskripsi, jadi deskripsi berarti menguraikan fakta seni sesuai dengan
kenyataan yang sebenarnya, tanpa tafsiran yang sifatnya ilusif dan
imajinatif.
Disamping
mendeskripsikan adegan, suasana, kritikus juga menerangkan pentas, tata
cahaya, dan dekorasinya, sekaligus mengutip puisi yang dibacakan.
Dengan teknik mendeskripsi seperti ini, tentu saja pembaca kritik
mendapatkan informasi yang lengkap.
2. Analisis
Pada tahap analisis, tugas kritikus adalah menguraikan kualitas elemen seni. Dalam
karya teater maka seorang kritikus tidak hanya menafsirkan makna adegan
atau simbol-simbol tata cahaya, tata pentas, tata rias saja akan tetapi
juga menganalisis sejauh mana vokal pemain, mimik,
penokohannya,ekspresi, penjiwaan dan plot atau alur cerita.
Ide
seorang kritikus sangat penting dalam menganalisis karya seni. Hasil
karya seni, selanjutnya akan menjadi fakta objektif bagi kritikus untuk
menafsirkan makna seni. Hal ini penting dalam upaya menilai seni secara
kritis. Pada dasarnya tahap analisis adalah mengkaji kualitas unsur
pendukung bahan pembentuk yang telah dihimpun dalam data deskripsi.
3. Interpretasi
Interpretasi
dalam kritik seni adalah proses mengemukakan arti atau makna karya seni
dari hasil deskripsi dan analisis yang cermat. Kegiatan ini tidak
bermaksud menemukan nilai verbal yang setara dengan pengalaman yang
diberikan karya seni. Juga bukan dimaksudkan sebagai proses penilaian.
Aktifitas
interpretasi merupakan sebuah tantangan dan tentu saja merupakan bagian
penting. Namun, dalam kegiatan ini kritikus tidak berada dalam posisi
menilai, tetapi memutuskan apa makna seni, tema karya, masalah artistik,
masalah intelektual karya seni, dan akhirnya menyimpulkan karya seni
sebagai satu kesatuan yang utuh.
Dalam
menafsirkan karya seni, kritikus bertolak dari data deskripsi dan
analisis (yang telah dilakukan sebelumnya) untuk menghasilkan sebuah
hipotesis tentang karya seni yang bersangkutan. Perlu asumsi yang
melandasi dalam menginterpretasikan karya seni. Diasumsikan bahwa seni
mempunyai kejelasan atau implikasi isi ideologis (bukan dalam arti
politis). Diasumsikan pula bahwa objek seni adalah hasil karya manusia
yang tidak bisa lepas dari aspek sistem nilai penciptanya. Karya seni
tidak dapat dipisahkan dari wahana ide senimannya.
Untuk
tujuan penafsiran dalam kritik seni, hipotesis adalah suatu ide atau
prinsip organisasi yang berhubungan erat dengan materi deskripsi dan
analisis.
4. Evaluasi
Evaluasi
karya seni dengan metode kritis berarti menetapkan rangking sebuah
karya dalam hubungannya dengan karya lain yang sejenis, untuk menentukan
kadar artistik dan faedah estetiknya. Dalam aktifitas ini dikenal model
evaluasi dengan studi komparatif historis.
Penilaian
orisinilitas adalah instrumen penilaian kritis yang menjelaskan ide
karya, yakni dengan mengidentifikasikan masalah artistik yang akan
dipecahkan, apa fungsi seni, ada tidaknya inovasi ekspresi artistik, dan
akseleransi teknik artistiknya.
Penilaian
teknik seni adalah mengukur kelogisan penggunaan materi dan instrumen
seni dengan korelasinya dengan bentuk dan fungsi seni. Dalam konteks
karya yang anti teknik, anti estetis, anti seni, dan karya-karya vulgar
lainnya penilaian ditekankan pada aspek intelektualnya, yakni bobot ide
yang menyertai karya seni tersebut. Sebab tanpa isi pikiran, sebuah
karya tergolong tidak bermanfaat, karena tidak relevan dengan kehidupan
dan kemanusiaan kita.
0 komentar:
Posting Komentar